Cerita di Balik Layar “Bidaratjina”
Pada Puncak Perayaan Dasa Windu Paroki Bidaracina, Oktober 2018, para hadirin disuguhi
sajian film pendek berjudul Bidaratjina. Film yang menceritakan sejarah perkembangan
Paroki Bidaracina selama 80 tahun ini dibuat langsung oleh putra-putri Paroki Bidaracina.
Berawal dari permintaan Komisi Komsos KAJ pada tahun 2017, agar setiap paroki di KAJ membuat dan mengirimkan film pendek tentang sejarah parokinya masing-masing dalam rangka peringatan 210 tahun Keuskupan Agung Jakarta, Seksi Komsos Bidaracina
pun berupaya memproduksi film tersebut.
Materinya diambil dari naskah yang termuat dalam buku KAJ 210: Perjalanan Gereja Katolik (di) Jakarta, yang terbit tahun 2017.
Dalam perjalanannya, banyak paroki yang belum membuat film tersebut hingga kembali
diminta untuk membuatnya tahun 2019 ini.
Bidaracina sebetulnya lumayan cepat
bergerak, karena pada 2017 itu perencanaan produksi dan pengumpulan materi film, bahkan sudah dilakukan syuting wawancara dengan salah satu sesepuh Paroki.
Namun, kemudian terjadi berbagai dinamika hingga produksi ini tidak dapat dilanjutkan. Semangat yang baru muncul kembali dalam diri para punggawa Komsos Bidaracina pada
awal 2018, menjelang peringatan dasawindu Paroki Bidaracina.
Kebetulan, datang bantuan dari orang yang memang berkecimpung dalam produksi program televisi dan film untuk memimpin tim produksi yang baru. Namun, seiring waktu, tim ini pun masih belum bisa menyelesaikan film ini sesuai rencana, karena berbagai kesibukan yang kurang bisa disinkronkan waktunya.
Kemudian, dibentuklah tim baru lagi yang dipimpin oleh Koordinator Subseksi Media Cetak
dan Subseksi Multimedia dan Pemeliharaan Perangkat, Seksi Komsos Bidaracina, Agustinus
Fordiyanto. Ia merekrut beberapa tenaga muda, baik dari dalam internal Komsos maupun dari luar Komsos (OMK dan Misdinar senior), dengan tekad: film ini harus selesai sebelum Puncak Perayaan Dasawindu Paroki.
“Agar tim ini punya nama, saya namailah Padua Cinema. Kriteria yang saya tetapkan untuk anggotanya cuma dua: mau belajar dan mau berkomitmen. Selesainya film ini juga menjadi tanda lahirnya Padua Cinema,” kata Fordi, panggilan akrabnya.
Maka, jadilah nama-nama seperti: Maria Geourgeurs Nerissa Arviana (Jojo), Hans Noven
Octavianus (Hans), Gregorious Wahyu Djatmiko (Rio), Paulus Hubertus Dopo Nono (Berthus), Amelia Agustina Nua (Amel), Albertus Kevin Pekerti (Kevin), dan Ignas Redyandaru (Daru) sebagai anggota Tim Padua Cinema.
Akhirnya, dikawal Fordi mulai dari pembuatan skrip, proses produksi, hingga pasca produksi, film ini rampung pada awal/pertengahan Oktober 2018, dan “Bidaratjina” berhasil ditayangkan pada Puncak Perayaan Dasawindu Paroki, 28 Oktober 2018.
Ide dan Materi Film
Ide filmnya sendiri tidak sepenuhnya diangkat dari sejarah Paroki Bidaracina yang telah dibukukan dalam buku KAJ 210, tetapi lebih berpedoman pada buku Ajarilah Kami Menjadi Murid-Mu, yang disusun oleh Tim Komsos Bidaracina pada Perayaan 75 Tahun Paroki Bidaracina, tahun 2013 lalu.
Ini dikarenakan, naskah pada buku KAJ 210 lebih berfokus ke profil paroki yang sekarang, sementara sejarah singkat yang tercantum di sana pun kami cukil dari buku Ajarilah Kami Menjadi Murid-Mu yang memuat sejarah berdirinya paroki ini dengan sangat lengkap.
Dalam film itu, Kepala Biara Ursulin, Suster Theresia Biastuti, OSU, menceritakan sejarah
berdirinya Paroki Bidaracina, yang diawali dengan sebuah kapel tempat berdoa para suster
dan anak-anak Panti Asuhan St. Vincentius Puteri serta umat sekitar.
Diresmikan sebagai stasi pada 24 Oktober 1938, jumlah umat dan kegiatannya terus berkembang hingga menjadi paroki dan diresmikan pada tahun 1955.
Romo Blasius Sumaryo SCJ, Pastor Kepala Paroki, juga memberikan sambutan dan menyampaikan kembali apresiasi dari Bapak Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, tentang kekhasan Kompleks Gereja St. Antonius Padua yang fasilitas pelayanannya sangat lengkap: ada dua gedung sekolah (SD St. Antonius dan TK-SD-SMP St. Vincentius), susteran, pastoran, panti asuhan, gedung paroki, dan poliklinik.
Selain itu, ada pula kisah tentang Putra Altar St. Antonius yang disampaikan Andreas Firman, mantan pembinanya.
Proses Produksi
Produksi film Bidaratjina dimulai dengan alat-alat yang sudah dimiliki oleh Tim Padua
Cinema. Dalam proses produksi ini, ada juga alat-alat yang perlu dibeli atau disewa sesuai
dengan kebutuhan.
Namun, semua itu diatur seminimal mungkin pengeluaran biayanya. Hal itu dilakukan dengan cara memanfaatkan fasilitas yang ada di Gereja St. Antonius Padua, seperti menggunakan meja di kapel sebagai pengganti fungsi tripod untuk meletakkan slider kamera agar posisi kamera lebih tinggi, serta menggunakan standing mic milik gereja
untuk input audio saat wawancara dengan narasumber.
Seperti kerja tim pada umumnya, Tim Padua Cinema juga menemui kendala, terutama soal waktu produksi. Namun, melalui proses pembuatan film ini, setiap anggotanya belajar untuk tetap berkomitmen terhadap waktu produksi yang telah direncanakan, meskipun harus rela mengorbankan urusan pribadi.
Syukurlah, semua jerih payah dan pengorbanan yang telah dilakukan itu pada akhirnya berbuah manis. “Kesulitan yang saya rasain itu pas lagi mencari album zaman dulu saat pertama kali Gereja St. Antonius Padua berdiri. Kami harus mencari data dan foto warga Paroki yang pertama kali dibaptis. Untungnya, pekerjaan ini mendapat dukungan dari Romo, para karyawan gereja, serta Suster-Suster Ursulin,” ucap asisten sutradara Amel.
Menurutnya, berkat tim yang kompak dan dorongan dari berbagai pihak, film Bidaratjina ini dapat selesai dan disaksikan oleh seluruh umat Paroki. Melalui film Bidaratjina ini, diharapkan seluruh umat, khususnya di Paroki Bidaracina, dapat lebih mengenal sejarah parokinya serta tetap menjaga semangat persaudaraan yang telah terjalin.
Selain itu, film ini juga diharapkan dapat menambah semangat pelayanan umat di Paroki Bidaracina. “Dibentuknya Padua Cinema membuat kami bersemangat dan tentu kami ingin terus berkarya melalui film-film lainnya.
Ada beberapa film yang sudah dijadwalkan. Salah satunya film pendek dalam rangka tahun
berhikmat yang sudah ditayangkan di Gereja setiap Minggu kedua sebelum misa. Tunggu
karya-karya kami selanjutnya, ya,” ujar Fordi.
Sumber: WARTA PADUA EDISI 10 (APRIL 2019 59)
Editor: Antonius Bilandoro