HIDUPKATOLIK.com – “Phones are for connecting, life is for communicating! Free yourself from the addiction to mobile phones. Every one should know how to use one. But when you become a slave to your mobile phone, you will lose your freedom.”
Paus Fransiskus menerima siswa dan guru dari sebuah sekolah menengah di Roma, Vatikan, mendorong mereka untuk menumbuhkan semangat dan keingintahuan, sekaligus memperingatkan mereka terhadap ketergantungan pada telepon seluler (ponsel).
Aula Paulus VI dipenuhi oleh siswa-siswi Sekolah Menengah Visconti di Roma yang secara antusias mendengarkan Paus Fransiskus pada Sabtu (13/4), ketika menyatakan, “Telepon adalah untuk menghubungkan. Dan hidup adalah untuk berkomunikasi.”
Para murid perempuan dan laki-laki, yang ditemani oleh anggota keluarga mereka dan guru-guru sekolah itu sontak bertepuk tangan keras ketika Paus mengalihkan perhatiannya ke perangkat digital mereka yang selalu ada.
“Bebaskan diri Anda dari kecanduan ponsel,” kata Paus memperingatkan mereka, sambil berusaha menunjukkan bahwa itu adalah alat yang baik dan berguna, tetapi harus digunakan dengan cara yang benar.
Paus menyampaikan perihal wacana yang luas dan secara langsung tersebut secara spontan. “Ponsel adalah untuk komunikasi dan komunikasi itu indah dan baik. Tetapi, bahaya menjadi kecanduan ponsel sangat nyata saat ini,” tegas Paus.
Setiap orang, lanjutnya, harus tahu cara menggunakannya, “tetapi ketika Anda menjadi budak ponsel Anda, Anda akan kehilangan kebebasan.”
Sekolah harus Mempromosikan Budaya Perjumpaan
Paus Fransiskus juga menyatakan keyakinannya yang mendalam bahwa pendidikan adalah hak yang berharga dan mengatakan bahwa sekolah harus menjadi tempat di mana budaya inklusi (untuk terlibat) dan penghormatan terhadap keragaman harus dipromosikan.
Sekolah, katanya, harus menjadi laboratorium yang mengantisipasi dan mempersiapkan masa depan kolektivitas (gotong royong-red.).
“Tolong jangan takut akan keragaman. Dialog antar budaya yang berbeda memperkaya negara, memperkaya tanah air kita: hal itu mengajarkan kita untuk melihat ke masa depan di mana ada tempat dan rumah untuk semua, bukan hanya untuk beberapa orang,” kata Paus.
Dalam catatan Paus, setelah Konsili Vatikan II, Gereja telah berkomitmen untuk mempromosikan nilai-nilai universal persaudaraan yang didasarkan pada kebebasan, pada pencarian jujur untuk kebenaran, dan promosi terhadap nilai keadilan dan solidaritas, terutama dalam hal yang paling lemah di masyarakat.
Tanpa mencari nilai-nilai ini, tidak akan ada koeksistensi (kehidupan bersama dan berdampingan-red.) yang sejati. Dan ini, lanjut Paus, adalah sesuatu yang “Maaf, saya minta maaf, saya sangat menyesal.”
Perundungan (Bullying)
Paus juga menyinggung tentang peristiwa perundungan/ intimidasi yang telah menjadi momok permasalahan di banyak lingkungan sekolah.
“Sangat menyakitkan bagi saya untuk melihat intimidasi di beberapa sekolah,” kata Paus sambil mengajak para siswa-siswi untuk memerangi perundungan, yang menurutnya bisa mengandung benih-benih peperangan.
Akhirnya, dia mendesak orang-orang muda yang hadir, untuk tidak pernah berhenti bermimpi besar dan berharap untuk dunia yang lebih baik untuk semua.
“Jangan puas dengan biasa-biasa saja dalam hubungan, dalam menumbuh-kembangkan diri Anda, dalam merencanakan masa depan Anda,dan dalam komitmen Anda untuk sebuah dunia yang lebih adil dan lebih indah,” pesan Paus kepada mereka.
Pada bagian akhir audiensi, Paus mengingatkan mereka berkaitan dengan perayaan Minggu Palma (14/4). “Besok adalah awal Pekan Suci yang memuncak pada Hari Paskah dengan kebangkitan Kristus, dasar dari harapan umat Kristiani.”
Baca juga: https://www.hidupkatolik.com/2018/10/09/26967/paus-fransiskus-jangan-menjadi-budak-telepon-pintar/
“Hal itu juga merupakan masa pembaruan bagi jiwa, waktu untuk mekar/ berkembang!”, kata Paus Fransiskus seraya mengundang mereka yang hadir untuk melakukan pembaharuan dengan kepercayaan kepada Tuhan, sebagaimana Dia yang memberi kita kekuatan dan keberanian untuk menghadapi kesulitan yang akan kita temukan dalam perjalanan kita.
Sumber: Vatican News/ Linda Bordoni (13 April 2019, 15:16)
Penerjemah: Antonius Bilandoro