Demi Perdamaian, Paus Mencium Kaki Presiden dan Pemimpin Oposisi Sudan Selatan

2491

Pandangan kepada Orang-orang
Paus Fransiskus kemudian berbicara tentang “tatapan lain” yakni tatapan kepada rakyat, tatapan yang mengekspresikan keinginan kuat mereka untuk keadilan, rekonsiliasi, dan perdamaian.

Ia juga mengungkapkan “kedekatan spiritual” dengan para pengungsi dan orang sakit. Paus teringat kepada mereka semua, orang-orang yang telah kehilangan orang yang mereka cintai dan akan tempat tinggal mereka, untuk keluarga yang telah terpisah dan tidak pernah bersatu kembali, juga semua anak-anak dan orang tua, para wanita dan pria yang sangat menderita karena konflik dan kekerasan yang telah menimbulkan begitu banyak korban kematian, kelaparan, sakit hati, dan air mata”.

“Saya terus-menerus memikirkan jiwa-jiwa yang menderita ini,” kata Paus Fransiskus, “dan saya berdoa agar bara perang yang bergejolak pada akhirnya akan padam, sehingga mereka dapat kembali ke rumah mereka dan hidup dalam ketenangan”.

Damai itu Mungkin
Paus menyatakan bahwa ia tidak akan pernah bosan untuk mengulangi pernyataannya bahwa perdamaian itu mungkin. Damai, menurutnya, adalah “karunia Allah yang besar”, tetapi juga merupakan tugas tertinggi di pihak mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap rakyatnya.

Kita semua dipanggil untuk menjadi pembawa damai, katanya, untuk membangun perdamaian melalui dialog, negosiasi, dan pengampunan. “Orang-orang telah lelah karena konflik. Ingat bahwa dengan perang, semuanya hilang!” kata Paus Fransiskus.

Paus kemudian merujuk pada perjanjian damai yang telah ditandatangani oleh perwakilan politik tertinggi Sudan Selatan, medio September lalu. Dia mengucapkan selamat kepada para penandatangan dokumen tersebut karena “telah memilih jalur dialog”, untuk “mencapai kesiapan mereka dalam berkompromi”, dan untuk menempuh “tekad mereka demi mencapai perdamaian.”

Paus juga memuji berbagai inisiatif ekumenis dari Dewan Gereja Sudan Selatan (yang telah bertindak) atas nama rekonsiliasi dan perdamaian, dan peduli terhadap orang miskin dan terpinggirkan.

Paus mengingat pertemuannya baru-baru ini di Vatikan dengan Konferensi Waligereja Sudan dan Sudan Selatan selama kunjungan ad limina. Paus mengatakan, dia terkejut dengan optimisme dan kepedulian mereka terhadap banyak kesulitan politik dan sosial di kawasan itu.

Baca juga: https://www.hidupkatolik.com/2019/04/02/34608/paus-fransiskus-di-maroko-gereja-tumbuh-karena-kesaksian-bukan-proselitisme/

Doa yang Menentukan
Paus Fransiskus mengukuhkan harapan dan hasratnya “agar segera, atas karunia Tuhan”, dia akan dapat mengunjungi Sudan Selatan, bersama dengan Uskup Agung Canterbury dan mantan Moderator Majelis Umum Gereja Skotlandia.

Kemudian Paus mengakhiri meditasinya dengan doa, di mana ia meminta kepada Allah Bapa, “untuk menyentuh dengan kekuatan Roh Kudus sedalam-dalamnya, setiap hati manusia, sehingga pihak yang bermusuhan akan terbuka untuk berdialog, pihak lawan akan bergandengan tangan, dan setiap orang akan bertemu dalam kerukunan.

Paus Fransiskus juga berdoa, semoga pencarian sepenuh hati untuk perdamaian menyelesaikan perselisihan. Semoga cinta menaklukkan kebencian dan semoga tindakan balas dendam dapat dilucuti dengan pengampunan.

 

Sumber: Vatican News (11 April 2019, 17:39)
Penerjemah/ editor: Anton Bilandoro

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini