Alam Situgunung: Eksplorasi Dalam Semangat Persaudaraan

239
Para penggiat alam/dok.pribadi

Hidupkatolik.com-KAWASAN wisata Situgunung, Kampung Pasanggrahan, Desa Gede Pangrango,Kecamatan Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat menjadi wisata alam yang diperbincangkan akhir-akhir ini. Kawasan ini menampilkan panorama indah yang sesungguhnya. Sejauh mata memandang, kita akan dibuat tercengang-cengang oleh indahnya kehijauan pepohonan. Lembah yang curam dengan pemandangan yang menggiurkan. Di sepanjang jalan menuju jembatan gantung (Suspensi Bridge), para wisatawan akan menyaksikan struktur tanah yang berbukit juga berlembah curam. Wisata ini menjadi istimewa karena menampilkan indahnya danau dan air terjun di satu kawasan.

Sambil menikmati air terjun Situgunung/dok.pribadi

“Tempat ini seakan menjadi surga bagi para pelancong. Begitu indah dan mempesona alam ciptaan Tuhan. Sayang kalau alam yang memberi kehidupan kepada manusia dilewatkan begitu saja,” ujar Graece Tanus, seorang penggiat wisata Indonesia dari Paroki Katedral Jakarta, Sabtu, 6/4.

Para penggiat dan pencinta alam ini berasal dari lintas agama. Kegiatan ini menjadi program wajib setiap bulan bagi para eksplorer alam Indonesia lintas agama ini. “Setiap bulan biasanya kami ada agenda melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang menarik. Tergantung tempat, tetapi biasanya yang jarang dikunjungi,” jelas Graece.

Para penggiat alam bersiap menuju Suspensi Bridge/dok.pribadi

 

Salah satu tujuan kegiatan ini, sambung Graece, sebagai bentuk cinta terhadap lingkungan. Sebab terkadang banyak orang lupa akan alam sebagai sumber kehidupan. “Kita perlu belajar dari alam. Dengan begitu kita belajar merawat alam,” ungkap Agatha, seorang peserta.

Dalam trip ini salah satu yang paling menarik adalah jembatan gantung. Kabar baiknya jembatan ini menjadi jembatan gantung terpanjang se-Asia. Jembatan ini memiliki panjang 250 meter dengan ketinggian 150 meter. Tak heran ketika berada di atas suspensi bridge ini perasaan dominan adalah was-was dan sport jantung. Kendati begitu kita akan melihat indahnya alam dari atas jembatan tersebut dengan pemandangan gunung Gede. “Awalnya agak takut, kaki gemetar, saat memasuki jembatan tetapi ketika berada di atas jembatan suasana menjadi tenang, damai. Ada perasaan sukacita,” ungkap seorang peserta.

Kelompok penggiat alam/dok.pribadi

Kelompok eksplorer ke Sukabumi ini beranggotakan 13 orang yang terdiri dari 10 orang wanita dan 3 pria. Mereka berkumpul pukul 05.30 pagi. Perjalanan sekitar 4 jam kemudian tiba di Sukabumi. Tidak saja jembatan gantung yang menjadi tujuan mereka tetapi juga air terjun tak terlewatkan dari destinasi mereka. Di air terjun yang memiliki ketinggian kurang lebih 20 meter ini, para anggota sambil santai menikmati pemandangan. Sambil mengeksplor alam mereka juga tak melewatkan momen berswafoto bersama.

Menjelang sore hari, kelompok penggiat alam ini menuju danau. Di sini mereka juga mengabadikan momen langkah dengan pemandangan danau. Perjalanan menuju danau ditempuh dari parkiran mobil sekitar 10 menit. Perjalanan yang menurun membuat suasana makin ramai karena penuh tawa dan canda. Ada suasana persaudaraan ada diantara mereka.

Kelompok pencinta alam di pinggir danau/dok.pribadi

Di tempat itu juga sudah ada jasa sewa ojek dari masyarakat lokal bagi mereka yang mau menggunakannya. Harganya juga terjangkau 10.000 rupiah sekali jalan. Cuma terkadang jalan yang berlikuk membuat ada beberapa orang yang lebih ingin berjalan kaki.

Mereka tak sendirian, banyak juga peserta dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bogor dan sekitarnya. Di pinggiran danau berwarna kecoklatan ini, anggota penggiat alam ini mengabadikan momen langkah ini dengan gedget mereka.

Sukacita, tawa dan gembira menyelimut kelompok penggiat alam ini. Ada semangat yang kuat untuk mengalami kedekatan dengan alam. “Sungguh rahmat Tuhan nyata lewat alam semesta. Bila ada waktu lagi, kami akan kembali,” demikian seorang peserta berujar.

Para penggiat alam/dok.pribadi

Terima kasih Situgunung atas pengalan indah ini. Bila waktu mengizinkan, kami akan kembali.

Yusti H. Wuarmanuk

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini