HIDUPKATOLIK.com – Dalam Kanon resmi Gereja, cerita St Yosef memang sangat sedikit. sebaliknya, dalam beberapa tulisan apokrif, cerita tentang orangtua Yesus ini diceritakan lebih populer.
Tak ada satu pun kalimat dalam Kitab Suci yang menjelaskan secara gamblang, usia St Yosef, ayah Yesus. Namun, keterangan tentang usia St Yosef, secara imajinatif terdapat dalam tulisan apokrif tertentu.
Tulisan apokrif adalah tulisan alkitabiah yang tidak membentuk bagian dari kanon alkitab yang diterima. Meskipun tulisan ini non-kanonik dan tidak pernah dianggap historis oleh Gereja, tulisan apokrif tetap memiliki pengaruh besar pada devosi populer. Konten tulisan aprokif telah masuk ke dalam homili, seni, liturgi, dan bahkan tulisan patristik.
Kisah Yosef
Protoevangelium Yakobus adalah tulisan apokrif yang paling menonjol dalam mengisahkan St Yosef. Protoevangelium menandakan periode sebelum yang dicakup dalam Injil. Pada awalnya manuskrip yang ditulis sekitar pertengah atau paruh kedua abad kedua ini berjudul “Kisah Kelahiran Tuhan Kami dan Bunda Maria Menurut Yakobus”. Tulisan ini bertujuan untuk memuliakan Maria yang berarti keperawanannya harus direkonsialisasi dengan frasa mengenai “saudara-saudara” Yesus.
Tulisan ini dikaitkan dengan Yakobus “saudara Tuhan” yang menawarkan penjelasan, bahwa Yosef sudah menjadi duda tua dengan anak. Saat itu, ketika dihadapan imam besar seekor burung merpati terbang dari tongkatnya. Burung itu lalu melayang-layang di atas kepalanya. Ini menjadi tanda, ia terpilih bukan sebagai suami, tetapi penjaga bagi Maria.
Karya apokrif yang selanjutnya muncul masih berkiblatkan pada kisah Yakobus. Satu diantaranya adalah Injil Pseudo-Matius. Tulisan ini mencakup legenda tentang masa tinggal di Keluarga Kudus di Mesir.
Cerita dalam tulisan ini mengisahkan Yusuf sebagai tukang kayu. Ia membuat bajak, kuk, dan alat-alat dari kayu lainnya. Semua digunakan dalam pertanian.
Setelah menjadi duda selama setahun, Yosef dipanggil ke Bait Allah. Ia bersama pria pilihan lain diminta untuk memegang tongkat. Setelahnya diceritakan bahwa, di atas tongkatnya tumbuh bunga dan seekor burung merpati keluar darinya. Tanda ini menunjukkan, ia dipilih secara ilahi untuk Maria yang berumur 12 tahun.
Dua tahun kemudian, Maria mengandung. Yosef kemudian mencari bidan ketika bayi Yesus akan lahir di Betlehem. Dalam kehamilannya Maria tidak kehilangan keperawannanya.
Arti Penting
Bobot yang diberikan pada teks ini sejatinya rendah. St Irenaeus menganggap, bahwa “aprokifa” berarti ‘palsu’. Sedangkan Tertulian beranggapan, bahwa “apokrifa” memang identik dengan ‘palsu’.
Tujuan dari karya ini hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu seseorang. Dari sisi tulisan, apokrif memang memiliki nilai tertentu. Namun, kisahnya terlalu fantastis untuk diberikan nilai historis. St Hieronimus dan sejumlah imam dengan tegas menolak pernyataan tentang St Yosef yang ditemukan dalam Protoevangelium Yakobus dan dalam apokrifa lain. Kisah ini sangat berpengaruh khususnya selama lima belas abad pertama kekristenan.
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.09 2019, 3 Maret 2019