Krisis keagamaan di Yerusalem khususnya di Masjid Al-Aqsa menjadi perhatian dunia internasional beberapa pekan terakhir. Ini berawal ketika yayasan pengelola kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, Waqf, menentang peraturan Israel yang melarang umat Muslim beribadah di Gerbang Emas (Golden Gate), salah satu bangunan di masjid tersebut.
Penentangan terjadi menyusul insiden bentrokan antara jamaah masjid dan polisi Israel terkait penggunaan Gerbang Emas yang ditutup negara zionis tersebut sejak 2003 lalu. Dalam sebuah video yang dirilis Selasa (5/3), Pemimpin Dewan Waqf, Sheikh Abdel Azim Salhab, penutupan gedung hanya akan menyebabkan ‘reaksi keras terhadap polisi’ di kompleks suci yang dikenal dengan nama Haram Al-Sharif itu.
Merespons kondisi tersebut, Parlemen Yordania telah mendesak pemerintah mengusir duta besar Israel di Amman. Hal itu sebagai respons atas kebijakan negara Zionis itu terhadap pembatasan beribadah di kompleks Masjid Al Aqsa dalam beberapa waktu terakhir.
“Parlemen merekomendasikan pemerintah untuk memanggil duta besar Yordania dari Israel dan mengusir dubes Israel dari Amman sebagai tanggapan atas agresi Israel yang sedang berlangsung di tempat-tempat suci di Yerusalem,” bunyi laporan kantor berita resmi Yordania, Petra, Senin (18/3).
Parlemen Yordania juga mendesak pemerintah untuk mengangkat isu agresi Israel tersebut ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Parlemen Yordania juga meminta pemerintah mendorong DK PBB agar menghentikan pelanggaran Israel dan melindungi warga Palestina.
Sumber: vaticannews.va/John Waters; moroccoworldnews.com; duniatempo.co; cnnindonesia.com
Editor: Antonius Bilandoro