Fransiskus Asisi dan Malek al-Kamil

6948
Ikonografi pertemuan St. Fransiskus Asisi dengan Sultan Malek al-Kamil.
[wikipedia.org]

HIDUPKATOLIK.com – Santo Fransiskus dengan berani mendekati Sultan Mesir demi mengupayakan perdamaian, sekalipun nyawanya menjadi taruhan.

Di tengah Perang Salib, Sultan Mesir Malek al-Kamil, keponakan Saladin, menyatakan bahwa siapa pun yang menyerahkan padanya kepala orang Kristen akan diberi imbalan sepotong emas Bizantium. Pada Agustus 1219, pasukannya berhasil mempertahankan Benteng Damietta dan menewaskan sekitar 5.000 tentara salib.

Lalu, datanglah Santo Fransiskus dari Asisi. Awalnya, ia memohon kepada Kardinal Pelagius, komandan pasukan Kristen, untuk menghentikan pertempuran ini. Namun, Pelagius menolak. Fransiskus pun mengajak Bruder Illuminatus menemaninya melintasi garis pertempuran dengan berani tanpa senjata. Tentara Sultan menangkap Fransiskus dan Illuminatus, memukul mereka hingga babak belur lalu menyeret keduanya ke hadapan Sultan.

Dalam tulisannya, St Bonaventura menggambarkan dalam pertemuan itu, Sultan mengawali percakapan dan bertanya oleh siapa, mengapa, dalam kapasitas apa mereka diutus, dan bagaimana mereka sampai di sana. Namun, Fransiskus menjawab, mereka diutus oleh Allah, bukan oleh manusia, untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada Sultan dan rakyatnya, serta memberitakan kebenaran Injil. Ketika Sultan melihat antusias dan keberaniannya, ia mendengarkan Fransiskus dengan sabar dan mendesaknya untuk tetap bersamanya.

Fransiskus menyapa Sultan dengan salam, “Semoga Tuhan memberimu kedamaian.” Ini mirip dengan salam tradisional Muslim “assalam o alaikum” atau ‘salam bagimu’. Salam yang sontak mengejutkan Sultan, yang langsung terpesona oleh kekudusan Fransiskus. Fransiskus pun melanjutkan dengan sebuah renungan dari Injil.

Sultan dapat melihat kasih yang mengalir dari Fransiskus. Ia kagum akan keberaniannya. Mereka berbicara bersama tentang kehidupan spiritual, dan merefleksikan tradisi masing-masing.

Fransiskus dan Illuminatus kemudian tinggal di kamp Muslim selama beberapa hari. Sebelum mereka pergi, Sultan memberi banyak hadiah berharga. Namun, karena spiritualitas kesederhanaannya, Fransiskus menolak semuanya, kecuali satu hadiah istimewa: tanduk gading. Tanduk gading itu biasa digunakan oleh muazin untuk menandakan azan. Sekembalinya ke Italia, Fransiskus menggunakan tanduk gading untuk memanggil umatnya berdoa atau saat ia ingin berkhotbah. Tanduk gading itu kini dipajang di Asisi.

Fransiskus juga membagikan rasa hormatnya yang baru dan mendalam terhadap saudara-saudari Muslimnya, menghancurkan lingkaran permusuhan dan kesalahpahaman yang memicu Perang Salib. Fransiskus terutama dikejutkan oleh Muslim yang berdoa lima kali sehari dan bersujud untuk menyembah Allah. Surat-suratnya mendesak orang-orang Kristen untuk mengadopsi praktik serupa: menjadikan doa sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, untuk mengingat Allah dalam segala hal.

Pertemuan ini juga mengubah Sultan. Ia meminta prajuritnya untuk mengawal Fransiskus, saat ia harus melalui negara-negara Muslim. Sejak saat itu, Sultan memperlakukan tahanan perang Kristen dengan kebaikan dan kemurahan hati.

Fransiskus dan Sultan tidak ada yang berpindah keyakinan. Tetapi, mereka bertemu sebagai manusia ciptaan Allah. Tak lama setelah itu, ada beberapa ikonografi dari Timur yang menunjukkan kedua pria ini. Salah satu penasihat spiritual Sultan, mempunyai tulisan di nisannya bahwa yang mengubah hidupnya adalah pertemuan antara seorang biarawan Kristiani dengan Sultan.

Hermina Wulohering

HIDUP NO.08 2019, 24 Februari 2019

2 KOMENTAR

  1. Sultan Al Malik mempunyai hati yang mulai bukan karena St Fansiskus berkhotah apalagi terpengaruh sosok St Fransiskus, tetapi karena memang Sultan al Malik mempunyai hati mulia seperti pamannya Salahudin al Ayyubi. Teringat ketika di Palestina, dimana pasukan Salib membantai rakyat jelata, lelaki, perempuan, anak-anak dan orang tua yang tidak berdosa, namun Salahudin al Ayubbi tidak membalas pada tentara Salib yang sudah menyerah, malah melindungi rakyat Kristian dan tempat ibadahnya di Yerusalem dan Keseluruhan Palestina.
    Sultan Malik mempunyai hati mulia seperti Salahudin Al Ayuubi, bahkan St Fransiskus dibiarkan berkhotbah, karena kemuliaan sang sang Sultan dan melindunginya dari amarah rakyat karena kekejaman tentara salib. Bahkan Al Malik lah yang membuat awal perdamaian antara Muslim dan Kristiani sejak itu sampai sekarang.
    Mohon jangan diputarbalikan sejarah.

    referensi:
    1. Saint Francis and the Sultan: The Curious History of a Christian-Muslim Encounter, John V. Tolan OUP 2009.
    2. Humphreys, R. Stephen, From Saladin to the Mongols: The Ayyubids of Damascus 1193-1260.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini