Bapa yang Dilupakan

169

HIDUPKATOLIK.com Pekan II Prapaskah; Mi 7:14-15,18-20; Mzm 103; Luk 15:1-3,11-32

BANYAK orang tersesat bukan karena meninggalkan gereja atau meninggalkan agama tetapi karena melupakan Allah, termasuk mereka yang mengaku aktivis atau tokoh agama namun menjalankan hidup hariannya seolah-olah tanpa Allah.

Pada saat senang, sehat, gembira, hidup sembarangan bagaikan tanpa Allah. Ketika susah, sakit dan merana, barulah mencari Allah. Beruntung bahwa Allah adalah pengampun yang setia meskipun Ia sering dikhianati.

Dosa mengandung racun kehinaan yang menyeret manusia kepada rasa tidak pantas. Namun Allah sebagai Bapa yang dilupakan tak pernah jera mengasihi anak-anak-Nya. Sang ayah berlari mendapatkan anak yang kembali, lalu merangkul dan menciumnya (15:20).

Bapa memulihkan harga diri sang anak yang terpuruk karena dosa, yakni dengan mengenakan jubah, cincin dan sepatu terbaik. Tobat adalah mempersilakan Bapa memandang, berlari menemui dan memeluk kita.

Bapa tidak berkurang sesuatu apa-pun dari kehilangan anak. Bapa bisa hidup tanpa anak. Tetapi anak tak bisa ada tanpa Bapa, anak akan melarat dan mati binasa jika kehilangan bapanya. Apa yang terjadi seandainya si anak kembali tetapi ayahnya sudah meninggal atau tidak di rumah lagi?

Membayangkan “Bapa yang hilang” jauh lebih mengerikan daripada “anak yang hilang”. Kita diundang menjadi anak-anak Bapa. Jangan menjauh dari-Nya, jangan sampai kehilangan Bapa.

 

Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini