Paroki Maria a Fatima Pekanbaru : Pastoral Pelayanan Penjara

684
Umat Paroki yang tergaung dalam Komunitas Legio Maria dan Kerahiman Ilahi menyumbangkan lagu rohani pada saat kunjungan ke Lapas pria dewasa.
[NN/Dok.Pribadi]

HIDUPKATOLIK.com – Gereja selalu ada untuk mereka yang tersingkir dan terlupakan. Sapaan Allah kepada orang menderita itu diwujudkan oleh paroki ini.

Gaung ratapan sunyi para narapidana terbungkam oleh dinginnya jeruji besi. Hanya tembok gelap dan wajah kesepian yang menjadi pemandangan setiap hari. Harapan merasakan udara bebas senantiasa melambung ke angkasa. Melihat keluarga tercinta walaupun hanya beberapa saat menjadi obat pelipur lara. Setiap hari, para narapidana ini harus berkawan dengan sunyi disertai dengan pergumulan rasa sesal yang membakar dada. Tak ayal, penghiburan rohani menjadi salah satu sumber kekuatan mereka meniti hari pajang hingga saat pembebasan tiba.

Menjawab kebutuhan ini, Paroki St Maria Fatima Pekanbaru, Riau mendedikasikan dirinya untuk menjalankan pelayanan pastoral penjara. Paroki ini telah melaksanakan perintah kasih Yesus untuk melayani orang yang di dalam tahanan sejak lebih dari tiga tahun lamanya.

Undangan lembaga pemasyarakatan (Lapas) Pekanbaru untuk melayani kebutuhan rohani para narapida disambut baik oleh paroki yang berlokasi di Jl Ahmad Yani No 48. Kepala Paroki Maria a Fatima Pekanbaru, Pastor Emilius Sakoikoi menuturkan, bahwa pelayanan penjara dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan rohani umat yang ada dipenjara. Diharapkan dengan pelayanan ini, mereka terbina untuk terus bertumbuh, sehingga kecenderungan berbuat negatif dapat diminimalisasi.

Pastor yang telah melayani di paroki selama tiga tahun ini juga mengaku, tidak terlalu canggung kala harus berjumpa dengan para tahanan. Dalam karyanya, Pastor Emilius dibantu kelompok Legio Maria dan Kerahiman Ilahi. Kelompok Legio memilih pelayanan ini sebagai salah satu perwujudan dari panggilan untuk menjaga ragi serta melayani setiap
orang yang merupakan gambar Kristus. Sementara itu, bagi kelompok Kerahiman Ilahi, kunjungan ke penjara menjadi salah satu bentuk penghayatan yang diteladankan oleh St Faustina. Keutamaan yang diharapkan mampu menggerakkan hati setiap pribadi agar memperlakukan sesamanya dengan murah hati dan penuh belas kasih. “Sebab, berbahagialah orang yang mengasihi, sabda Yesus karena mereka akan dikasihani (Mat 5:7)”.

Pelayanan penjara dan rumah tahanan (Rutan) ini dilakukan rutin setiap hari Sabtu. Pastor Emanuel Kadang menuturkan, setiap Sabtu pertama dan ketiga kunjungan dilaksanakan ke Lapas pria dewasa, sedangkan pada Sabtu kedua ke Rutan Sialang Bungkuk. Sedangkan pada Sabtu keempat, kunjungan dilakukan ke Lapas wanita dan anak.

Imam Keuskupan Bandung ini menuturkan, ibadat sabda dan pengakuan dosa khususnya menjelang Natal dan Paskah menjadi bentuk pelayanan rutin. Setiap kali kunjungan mereka juga selalu membawa sesuatu untuk diberikan kepada setiap tanahan. “Selain ibadat sabda kami juga memberi makanan ringan kepada mereka,” ujar Pastor Emanuel.

Pastor Emilius membeberkan bahwa pemberian kebutuhan dasar seperti handuk, sabun dan odol juga dilakukan. Pemberian peralatan mandi ini merupakan respon positif umat guna mendukung gerakan pastoral penjara.

Kegiatan sederhana ini telah memberikan harapan baru bagi mereka yang terhukum. Bagi Pastor Emilius, menyaksikan proses mereka bertumbuh dalam kebajikan menjadi penghiburan tersendiri. “Mendengarkan tiap keluhan mereka adalah salah satu bentuk kerasulan,” imbuhnya.

Pastor Emanuel pun mendapat pemahaman baru dari pelayanan ini, bahwa arti miskin juga ia temukan dalam hidup orang-orang yang ada di penjara. “Melalui pelayanan di rutan dan penjara di Pekanbaru, saya menemukan refleksi atas pertanyaan Yesus kepada ahli Taurat (Lukas 10: 29), ‘Dan siapakah sesamaku manusia?’,”

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.07 2019, 17 Februari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini