HIDUPKATOLIK.COM–Serangan bom terhadap komunitas Kristen dan Muslim di Filipina adalah bagian dari upaya untuk menghasut konflik antara kedua agama, demikian tanggapan seorang imam misi yang telah bekerja di Filipina selama 40 tahun.
Pastor Sebastiano D’Ambra dari Institut Misi Luar Negeri Kepausan mengatakan kepada Badan amal Katolik Aid to the Church in Need (ACN), “Saya percaya bahwa ini adalah sekali lagi karya kelompok ekstremis yang kekerasannya meningkat dan ingin menabur kebingungan.”
Ia melanjutkan, “Mereka ingin memecah belah orang Kristen dan Muslim serta mengambil keuntungan dari situasi untuk memprovokasi kekacauan di seluruh negeri dan menantang keseimbangan yang sebagian besar didasarkan pada hubungan yang harmonis antara umat beragama.”
Menurut Pastor Sebastiano, serangan granat malam hari terhadap sebuah Masjid di Kota Zamboanga bukanlah serangan balasan atas pemboman Katedral Our Lady of Mount Carmel, Jolo tiga hari sesudahnya. “Saya kira, kita tidak harus melihat hubungan antara kedua serangan itu. Saya tidak bisa membayangkan orang Kristen yang ingin membalas kematian mereka dengan menyerang tempat ibadah Muslim,” ujarnya. Komandan pasukan wilayah Jolo, Kolonel Leonel Nicolas juga menyetujui bahwa serangan Masjid itu bukanlah tindakan pembalasan atas pemboman gereja sebelumnya.
Daesh (ISIS) yang berafiliasi dengan Abu Sayyaf mengaku bertanggung jawab atas pemboman kembar katedral itu, tetapi dua penyerang dalam serangan masjid tetap tidak teridentifikasi. Pastor Sebastiano menuturkan bahwa bukan hanya minoritas Kristen yang semakin menjadi sasaran, tetapi umat Islam yang turut mengatakan kepadanya bahwa para ekstremis Islam mengancam komunitas mereka sebab mereka bukan dari aliran Muslim yang sama. “Kelompok-kelompok seperti Daesh, Maute atau Abu Sayyaf berbagi tujuan menyebabkan masalah di negara ini dan mungkin mendapatkan lebih banyak kekuatan di masa yang akan datang.”
Disaat yang sama, Pastor Sebastiano juga menceritakan bagaimana usahanya mempromosikan dialog keagamaan telah membuahkan teror membuat dirinya menjadi target beberapa kali. “Suatu kali saya disergap dan peluru yang ditujukan untuk saya membunuh salah satu teman saya. Pada waktu itu, saya sedang melakukan mediasi dengan para pemberontak Muslim … kami telah berhasil membangun hubungan yang saling menghormati dan saya kira gagasan bahwa seorang imam saja yang bisa lebih efektif daripada seribu tentara dalam berdamai pasti mengejutkan mereka yang tidak ingin konflik ini berakhir.” Berdasarkan informasi dari beberapa umat Muslim, para ekstremis tidak menyetujii program dialog perdamaian antara Kristen dan Muslim karena tidak sesuai dengan keinginan mereka. Sampai saat ini, ACN mendukung program kerjasama Gereja dengan antar umat beragama di Filipina. “Saya berterima kasih kepada ACN karena begitu dekat dengan orang-orang Kristen dalam kesulitan di dunia,” ungkapnya.
Namun demikian, Pastor Sebastiano tidak mengharapkan umat Filipina hidup di dalam ancaman ketakutan dengan bersikap realistis. “Saya percaya mereka akan terus menguji persahabatan yang kita miliki dengan tetangga Muslim kita. Saya meminta semua orang Kristen untuk mempromosikan dialog dalam lingkup mereka sendiri untuk keluar dari logika konflik,” tandasnya.
Sumber: Zenith/ Maria Lozano
Penerjemah: Felicia Permata Hanggu