HIDUPKATOLIK.com – Ada banyak tokoh Katolik yang bisa dijadikan panutan dalam bidang politik atau bidang kehidupan lainnya. Mereka dengan caranya telah membangun NKRI.
Di masa moderen ini, banyak minoritas yang percaya diri. Dalam banyak hal, mereka bersedia berdiri di depan sebagai masyarakat Katolik. Mereka tidak pernah menutup-nutupi kekatolikannya dalam bidang politik. Kekatolikannya tidak pernah menjadi penghambat bagi mereka untuk berperan secara luas.
Ignatius Jonan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Kasih, Hukum Tertinggi
“Saya merasa bangga bahwa masyarakat Katolik Indonesia mempunyai andil cukup besar dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Apa yang telah dibuat para pendahulu di bidang politik harusnya menjadi tugas kita bersama saat ini. Berkiprah di bidang politik tentu membutuhkan satu spirit yaitu kasih.
Spirit kasih ini mendorong masyakarat Katolik untuk terus bersemangat dalam melayani. Spirit kasih ini juga telah mendarah daging dalam diri kita sebagai masyarakat Katolik. Kasih ini telah membuat saya melayani masyarakat dengan mengedepankan “Salus Populi Suprema Lex” (kesejahteraan rakyat adalah hukum tertinggi). Bila dibahasakan lebih jelas kasih adalah hukum tertinggi dalam berpolitik.”
Harry Tjan Silalahi
Tokoh Politik
Singsingkan Lengan Baju
“Peringatan pergerakan satu abad Masyarakat Katolik Indonesia membuat saya berpikir masa ini menjadi lebih tua dari umur negara Indonesia. Maka perlu introspeksi diri apa yang telah kita buat dalam karya pelayanan kita, khususnya bidang politik.
Peringatan ini bersamaan dengan tahun politik Indonesia serta menggelombangnya globalisasi dan laju perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang begitu canggih dan cepat. Banyak nilai-nilai baru dalam tata kehidupan kita. Maka ini saatnya kita perlu menyingsingkan lengan baju untuk memperbaiki kinerja demi Indonesia jaya. Semangat Pro Ecclesia et Patria (untuk Gereja dan Tanah Air) kiranya menjadi semangat kita dalam berkarya.”
Cosmas Batubara
Mantan Menteri Tenaga Kerja & Perumahan Rakyat
Dedikasi Rakyat
“Dalam politik, demokrasi menjadi hal yang utama. Demokrasi bukan semacam “kado” yang datang begitu saja. Bukan juga “hadiah” yang jatuh dari langit. Bukan juga milik elit kekuasaan. Demokrasi bisa dikatakang adalah “keringat darah”, dedikasi rakyat. Sesuatu yang niscaya diperjuangkan publik. Tentu juga sebuah urgensi yang harus disadari Gereja saat ini, bahwa demokrasi tidak pernah gratis.
Maka sudah barang tentu politik membutuhkan demokrasi. Tentu juga partisipasi publik sangat penting tetapi bukan sebatas mencontreng atau mencoblos sebagai ekspresi hak politik. Partisipasi publik harus memiliki tingkat kepastian dalam semua jenjang proses penentuan kebijakan publik.”
Yustina Rostiawati
Ketua Presidium WKRI
Memperjuangkan Kemerdekaan
“Sejak dahulu, umat Katolik sudah mengambil mengambil peran dalam memperjuangkan kemerdekaan NKRI yang diwujudkan dalam gerakan kemasyarakat seperti Wanita Katolik Republik Indonesia (dulu disebut Poesara Wanita Khatoliek). Organisasi ini sejarahnya telah mengejawantahkan seruan Mgr Seogijapranata “Seratus Persen Katolik, Seratus Persen Indonesia.”
Karena itu, di tahun politik ini, kita harus berperan sebagai masyarakat Katolik yang mewujudkan Pemilu yang jujur serta menjaga kejernihan hati nurani. Partisipasi ini mengindikasikan supaya kita jangan golput atau asal coblos. Gereja membutuhkan wakil rakyat yang punya integritas seperti para pendahulu kita.”
Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo
Wali Kota Solo
Nafas Kekatolikan
“Di tahun politik ini, saya berharap orang-orang Katolik tampil dengan memberi kesan bahwa Gereja bukan diam membantu kaum awam dalam berpolitik. Sebagai utusan Gereja, kaum awam perlu membawa dalam hati nafas iman kekatolikan dalam setiap karya. Orang Katolik perlu terbuka dan membangun relasi yang baik dengan umat beragama lain agar tercipta suasana damai dan tentram. Tahun politik kiranya menjadi tahun partisipasi Gereja lewat kaum awam.”
Maria Farida Indarti
Mantan Hakim Konstitusi
Garam dan Terang
“Ada banyak cara menampilkan wajah kekatolikan dalam kehidupan sehari-hari. Bisa di bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan, bela negara, juga bidang politik. Para politisi Katolik harusnya sadar bahwa segala kebijakan mereka tak lain adalah demi kesejahteraan bersama.
Orang yang taat pada agamanya berarti orang yang akan taat juga pada pekerjaannya. Kendalanya adalah terkadang kerakusan membuat orang lupa diri. Politik itu bukan soal memperkaya diri tetapi bagaimana memberi warna kehadiran bagi orang lain. Bagaimana seorang politisi Katolik menjadi garam dan terang dunia bagi banyak orang. Ini spirit yang sering dilupakan para politisi Katolik. Banyak yang mengatasnamakan rakyat atau agama tetapi sebenarnya bukan. Jangan mengambil sesuatu yang bukan hak anda.”
Yusti H. Wuarmanuk
HIDUP NO.07 2019, 17 Februari 2019