Makna Kunjungan Paus Fransiskus ke UEA Untuk Afrika dan Indonesia

464
Paus Fransiskus bersama Putra Mahkota Abu Dhabi, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan. [Vaticannews/ANSA]

HIDUPKATOLIK.comKonferensi besar yang diadakan di Abu Dhabi yang dihadiri oleh Paus dan Imam Besar Al Azhar, diselenggarakan oleh jemaat Muslim. Ini menunjukkan bahwa umat Islam ingin membangun perdamaian dan harmoni di dunia.

Demikian diungkapkan oleh Uskup Auksilier Keuskupan Bukoba di Tanzania (provinsi Gerejawi Mwanza, Tanzania, Afrika) Method Kilaini, berbicara kepada media “Agenzia Fides” (AF) tentang pengalamannya di Konferensi Global persaudaraan manusia yang diadakan di pusat pemerintahan Uni Emirat Arab (UEA) dari 3-4 Februari, pada kesempatan perjalanan bersejarah Paus Fransiskus ke UEA.

Deklarasi Bermanfaat Juga untuk Afrika
Uskup Kilaini, delegasi dalam Konferensi Global tersebut mengatakan kepada AF, “Konferensi ini dan Deklarasi yang ditandatangani oleh Paus dan oleh Imam Ahmad Al-Tayyib akan sangat berguna dalam konteks Afrika, di mana kelompok fundamentalis Islam tumbuh. Ini terjadi karena banyak fundamentalis Islam tiba di Afrika, mulai dari Timur Tengah, dan membawa pesan kebencian, diskriminasi, dan ekstremisme kepada umat Islam setempat.”

“Ini adalah pesan bahwa pertama-tama menjangkau dunia Muslim, di Asia tetapi juga di Afrika,” kata Uskup Auksilier Keuskupan Bukoba di Tanzania, Mgr Method Kilaini, dalam sebuah wawancara dengan Agenzia Fides. [dok.fides.org]
Uskup Kilaini menambahkan, “Apa yang terjadi di Uni Emirat Arab membawa pesan kuat perdamaian, harmoni, persaudaraan, dan mengatakan bahwa umat Islam juga menginginkan perdamaian di dunia. Pesan persaudaraan pasti akan mencapai Tanzania dan berbagai bagian Afrika, membantu orang-orang mengembangkan masyarakat yang damai,” katanya.

Tiada Agama yang Mempromosikan Kebencian dan Diskriminasi
Menurut Uskup Kilaini, konferensi di Emirates adalah pertanda bahwa hidup dalam perdamaian adalah mungkin. Di Uni Emirat Arab, ada orang-orang dari berbagai agama, kepercayaan, kelompok etnis dan budaya yang hidup dalam persatuan tanpa diskriminasi apa pun.

Baca: https://www.hidupkatolik.com/2019/02/19/32225/majalah-hidup-edisi-08-tahun-2019/

“Karena itu, adalah mungkin untuk melakukannya juga di negara-negara Afrika. Seperti yang diingatkan oleh Imam Besar Al Azhar kepada kita, tidak ada agama yang mempromosikan kebencian dan diskriminasi, tetapi setiap agama mempromosikan cinta, perdamaian, dan harmoni,” tegas Uskup.

Dorongan dari Paus
Sebagai penutup, Uskup Kilaini mencatat, “Kehadiran, kata-kata, contoh dari Paus Fransiskus bagi kita adalah dorongan untuk berbuat lebih banyak dalam konteks Afrika untuk menemani orang-orang dari berbagai agama untuk hidup dalam damai dan harmoni.”

Dalam konteks keragaman di negara Afrika tersebut, makna kunjungan Paus Fransiskus, sebagaimana dipaparkan oleh Uskup Kilaini tentu memiliki manfaat yang hampir sama untuk dipetik oleh masyarakat Indonesia yang memiliki pluralitas suku, agama, ras, dan budaya.

Baca juga: https://www.hidupkatolik.com/2019/03/14/33698/paus-fransiskus-rayakan-peringatan-enam-tahun-kepausan/

Semoga pesan persaudaraan dan harmoni yang digaungkan itu juga turut menggugah setiap orang untuk mewujudkan dan mengembangkan masyarakat yang sungguh damai, sejahtera, dan berhikmat.

 

Sumber: Vaticannews.va/ Agenzia Fides (Bukoba, Tanzania)
Antonius Bilandoro

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini