Mencari Hikmat dalam Tradisi Tionghoa

483
WKRI Paroki Toasebio sedang membuat lampion untuk Perayaan Imlek.
[Decky Adiarto]

HIDUPKATOLIK.com – Dosen Teologi STF Driyarkara Jakarta, Pastor B. S. Mardiatamadja SJ, mengatakan, ada dua nilai pokok yang terdapat dalam setiap tradisi Tionghoa, yakni: mencintai keluarga dan mencintai alam semesta.

Dua hal ini menjadi nilai-nilai pokok yang terdapat dalam tradisi Tionghoa yang selaras dengan ajaran Gereja Katolik. Hal tersebut ia sampaikan dalam seminar Mencari Hikmat dalam Tradisi Tionghoa Peranakan di Indonesia, di Gereja St Gregorius Agung, Kuta Bumi, Tangerang, Minggu, 24/2.

Dosen Pranata Budaya Tionghoa Universitas Buddhi Dharma Tangerang, Hendra, menjelaskan berbagai tradisi Tionghoa, seperti sembahyang arwah, Pekcun, dan makan 12 mangkok. Semua itu, menurutnya memiliki makna filosofis. Karena itu, bisa menjadi pembelajaran bagi semua warga keturunan Tionghoa.

Hendra menambahkan, Gereja Katolik memetakan seluruh tradisi itu lalu menyesuaikan dengan ajaran gereja sehingga bermanfaat bagi kehidupan seluruh umat Katolik. Hal ini menurutnya, turut melestarikan tradisi yang memiliki nilai filosofis sangat tinggi itu.

Menjawab pertanyaan tentang Cap Go Meh dalam kaitan dengan nilai-nilai universal yang diusung, Hendra mengatakan Cap Go Meh adalah waktu terakhir perayaan Imlek, yakni lima belas hari setelah perayaan Imlek. Cap Go Meh menurutnya, memuat nilai kebersamaan, toleransi, dan kerja sama antarmanusia.

Kepala Paroki Kuta Bumi, Pastor Yustinus Sulistiadi, mengatakan, kegiatan ini bermanfaat untuk umat dalam memberikan pemahaman tentang tradisi Tionghoa.

 

Konradus R. Mangu

HIDUP NO.09 2019, 3 Maret 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini