Praktik Revolusi

132

HIDUPKATOLIK.com –  Sir. 17:1-15; Mzm. 103:13-14.15-16.17-18a; Mrk. 10:13-16

KONTEKS perikop ini adalah menunjukkan kegagalan para murid Yesus untuk melihat dalam perspektif Guru mereka. Fokus utama perikop ini adalah kemarahan Yesus melihat sikap para murid (ay. 14).

Mereka diharuskan jujur dan polos menerima Kerajaan Allah dengan segala konsekuensinya. Anak-anak adalah sekadar gambaran. Inilah makna: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya” (ay.15).

Pada Mrk. 9:36-37, Yesus sendiri yang menempatkan anak-anak “di tengah-tengah para murid”, sebagai acuan pengajaran mengenai isu status dalam Kerajaan Allah. Menyambut anak-anak itu dalam nama Yesus, adalah menyambut Dia sendiri. Ajaran kerendahan hati menjadi utama. 

Pada Mrk. 10:13-16, situasinya berbeda. Para orangtualah, yang membawa anak-anak untuk diberkati oleh Yesus, dan para murid mengintervensinya dengan memberi peringatan keras. Sikap inilah yang “dimarahi” oleh Yesus.

Melalui dua perikop yang terkait anak-anak ini, kita semua – sebagai Umat Allah – diminta untuk menerima dan mewujudkan Kerajaan Allah seperti anak-anak yang tulus, jujur, dan penuh percaya. Dalam praktik, artinya “melepaskan diri seutuhnya dari kelekatan dan kemapanan hidup”.

Kisah “Orang Kaya” (lih. Mrk. 10:17-27), adalah contoh ketidakmampuan manusia untuk secara total masuk dalam Kerajaan Allah. Sebaliknya, ajaran mengenai “Upah Mengkuti Yesus” (lih. Mrk. 10:28-31), adalah tuntutan revolusioner paling utama. Itu saja.

 

 

 

Henricus Witdarmono
M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia

HIDUP NO.8 2019, 24 Februari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini