HIDUPKATOLIK.com – Awalnya ingin menjadi dokter, namun hidup menuntunnya berkarier di dunia militer. Ia percaya, dalam hidup selalu ada campur tangan Tuhan.
Semasa kecil, Theodorus Seto Purnomo memiliki cita-cita menjadi seorang dokter. Akan tetapi, Seto merasa cita-citanya sulit direngkuh karena situasi keuangan keluarga yang tidak memungkinkan. Alhasil Seto pun haru memutar haluan memikirkan cita-cita lain yang lebih memungkinkan untuk ia raih.
Di masa kecilnya, Seto juga sering menonton film-film sejarah Indonesia. Tayangan berlatar Perang Dunia dan film dokumenter tentang berdirinya beberapa negara juga menjadi “santapannya”. Siapa sangka, kegemaran menonton ini akhirnya bermuara pada pilihan cita-cita yang akhirnya dijalani Seto.
Setelah lulus SMA, Seto mendaftar di Akademi Militer. Alasannya sederhana, dengan mendaftar di sana, ia tak perlu pusing memikirkan biaya pendidikan. Ia tahu, bahwa menjadi tentara tidak perlu mengeluarkan biaya dalam proses pendidikan. Begitulah, ia pun di diterima untuk mengikuti pendidikan di Akademi Angkatan Udara pada tahun 1982.
Pasukan Tempur
Tahun 1985, Seto lulus dari AAU waktu itu pangkatnya adalah Letnan Dua. Ia lalu ditugaskan di Batalyon 464 Paskhas TNI AU di Malang. Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara merupakan pasukan elit khusus yang dimiliki TNI Angkatan Udara. Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, dan darat.
Paskhas mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh pasukan lain, yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD). Pasukan ini bertugas untuk merebut dan mempertahankan pangkalan, dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.
Saat ini, Paskhas TNI-AU, sebagai pasukan khusus Angkatan Udara satu-satunya dan berkualifikasi terlengkap di dunia. Kesatuan ini memiliki berbagai kemampuan tempur khas matra udara, seperti pengendali tempur (Dalpur), pengendali pangkalan (Dallan), SAR tempur, dan jumping master. Selain itu, Paskhas TNI-AU juga mahir untuk bertempur di hutan, perkotaan, laut maupun pantai.
Di dunia semacam inilah, Seto mengabdikan talentanya. Tahun 1986, ia menjadi Komandan Tim Pengendalian Pertempuran FLT II Batalyon 464 Paskhas. Ketika itu, Seto turut dalam Operasi Militer Seroja di Timor Timur tahun 1988 dan 1995. Ia juga terlibat dalam Operasi Militer Pemulihan Keamanan di Papua tahun 1992. Selain itu, ia juga terjun dalam Operasi Pengamanan Daerah Rawan di Maluku tahun 2000.
Pengawal Presiden
Namun, Paskhas ternyata bukan ladang pengabdian satu-satunya bagi Seto. Sejak tahun 2002, ia sempat ditugaskan ke dalam Grup C Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Pasukan ini bertugas melakukan pengamanan VVIP terhadap tamu negara setingkat kepala negara. Saat itu, ia menjabat sebagai Komandan Detasemen Pengawalan Khusus. Tahun 2003, ia dipercaya menjadi Asisten Intelijen Grup C Paspampres. Satu tahun kemudian, Seto diangkat menjadi Wakil Komandan Grup C Paspampres. Tahun 2005-2008, Seto dipercaya menjadi Komandan Grup C Paspampres.
Bagi Seto, tidak mudah mengemban tugas sebagai pengawal keamanan tamu negara. Namun, ia berusaha untuk selalu memasrahkan diri kepada kekuasaan Tuhan. Ia mensyukuri, kesempatan bisa mengenal dan berhubungan langsung dengan beberapa kepala negara dari berbagai negara di dunia. “Puji Tuhan selama berdinas di Grup C Paspampres saya tidak pernah merasakan ada kesulitan-kesulitan yang berarti. Saya justru mendapatkan banyak pengalaman menarik.”
Dalam tugas ini, Seto juga berkesempatan mengenal teman-teman yang bekerja dalam bidang yang sama dari negara lain. Hal itu terjadi saat ada kunjungan kenegaraan atau sama-sama bertugas pada acara bersama di PBB dan forum-forum Internasional lainnya.
Satu lagi pengalaman yang terus diingat Seto adalah saat ia menjadi Komandan Upacara HUT RI di Istana Negara pada 17 Agustus 2009. Dalam tradisinya, tidak sembarang prajurit bisa menjadi yang terdepan dalam upacara tahunan di depan Istana Negara itu. ia bersyukur terpilih untuk menjalankan tugas itu. “Seleksinya ketat dan dalam pelaksanaannya harus sempurna, tidak boleh salah. Hanya latihan dan kepasrahan pada kekuatan dari Tuhanlah yang pada akhirnya memampukan mengemban tugas itu.”
Seto melihat, perjalanan kariernya sebagai sebuah anugerah dari Tuhan. Tahun 2008, ia pun kembali naik pangkat. Ia diangkat sebagai Komandan Wing II Paskhas yang bermarkasi di Makasar, Sulawesi Selatan. Di tempat ini, ia mengakui bahwa tugasnya tidak hanya sekadar memimpin bawahan. Ia harus menjadi bapak, guru, sekaligus teman yang memberi teladan kepada setiap anggota pasukannya. “Terkadang dibutuhkan ketegasan dalam bertindak, namun tidak harus arogan,” tutur Seto.
Bukan hanya di lingkungan TNI AU. Berkat kemampuan intelijen yang dimilikinya, Seto juga pernah menjadi Kepala Badan Intelijen Nasional daerah Riau pada tahun 2012 sampai 2013. Di tahun yang sama, ia dilantik sebagai Wakil Komandan Korps Pasukan Khas TNI AU.
Menjadi orang kedua di Paskhas dilakoni Seto selama tiga tahun. sejak tahun 2016 ia dipilih sebagai Komandan Korps Pasukan Khas TNI AU yang ke-27. Ia menjadi orang nomor satu dalam korps pasukan elite TNI AU. Menurut Seto, sebagai seorang pemimpin, ia harus professional. “Ini bukan sekadar memimpin pertempuran dengan alat-alat militer. Ini juga soal memimpin manusia yang ada di dalamnya yang sifatnya sangat dinamis, sehingga memerlukan pemikiran yang matang,” jelas umat Stasi St. Ignatius Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Paroki Santo Antonius Bidaracina.
Desember 2018 lalu, Seto mengakhiri pengabdiannya sebagai orang nomer satu di Paskhas. Kini, ia dipercaya menjadi Staf Khusus Kepala Staf TNI Angkatan Udara.
Sejauh ini, hanya rasa syukur yang dapat diungkapkan Seto atas perjalnan kariernya. Rasa syukur ini semakin bertambah, karena kedua putranya, Kapten (Tek) Timor Reza dan Lettu (Pnb) Fulgentius Dio Prakoso, juga mengikuti jejaknya sebagai prajurit TNI AU. Bahkan, Fulgentius merupakan lulusan terbaik pada Sekolah Penerbang TNI AU angkatan ke-85.
Elite dan Disegani
Di mata dunia internasional, Korps pasukan elite yang disegani. Tidak main-main, para personel Paskhas juga memiliki kemampuan khusus sebagai Air Traffic Controller (ATC). Tidak ada satu pun pasukan komando seperti Paskhas di dunia saat ini. Paskhas juga memiliki Detasemen Bravo 90 yang merupakan pasukan khusus anti teror matra udara.
Pasukan ini memiliki kemampuan intelijen dan anti pembajakan udara.
Guna meningkatkan kerja sama dan kemampuan prajurit, Korps Paskhas sering mengadakan latihan gabungan dengan negara lain. Ketika latihan bersama, Korps Paskhas sering kali mendapatkan pujian lantaran kecakapan dan pengalamannya. Paskhas juga sering dipercaya untuk ikut dalam misimisi perdamaian di bawah bendera Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), misalnya saja di Vietnam, Yugoslavia, Bosnia, Filipina dan Libanon.
Seto percaya, dalam hidup dan kariernya di militer ada campur tangan Tuhan. Sejak kecil, ia dibiasakan oleh orangtuanya untuk rajin ke gereja. Kebiasaan itu tidak hilang hingga kini. Selain ke gereja pada hari Minggu, Seto juga rajin mengikuti Misa Jumat Pertama. “Saya percaya, sembilan kali berturut-urut tidak putus untuk Misa Jumat Pertama, akan membawa mukjizat bagi yang melaksanakannya.
Dengan laku iman ini, Seto percaya, apa pun yang diminta dan diniati dengan baik, pasti akan dikabulkan. Tangan Tuhan akan berkarya bagi mereka yang menyandarkan hidup kepada-Nya. “Itulah yang sejak kecil ditanamkan oleh ayah saya,” ujar Seto.
Marsekal Muda Theodorus Seto Purnomo
Lahir : Magelang, 20 Oktober 1961
Istri : Yosephin Mariani
Anak : Kapten (Tek) Ferdinandus Timor Reza Gemilang, Lettu (Pnb) Fulgentius Dio Prakoso
Pendidikan:
Akademi Angkatan Udara Yogyakarta (1982-1985)
Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (1998)
Sekolah Staf dan Komando TNI (2008)
Lembaga Pertahanan Nasional (2013)
Bintang Penghargaan:
Satya Lencana Yudha Dharma Nararya
Satya Lencana Dharma Nusa
Satya Lencana Dharma Dirgantara
Satya Lencana Kebaktian Sosial
Bintang Swa Bhuwana Paksa Nararya
Bintang Yudha Dharma Nararya
Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama
Fr. Benediktus Yogie Wandono, SCJ
HIDUP NO.04 2019, 27 Januari 2019