Mental Eksklusif

210

HIDUPKATOLIK.com –  Sir. 4:11-19; Mzm.119:165.168.171.172.174.175; Mrk.9:38-40

UNTUNG, kata sifat Yunani; “katholikos” (= universal, am) dalam teks Latin Syahadat Nicea-Konstantinopel (325 dan 381) tidak diterjemahkan dalam padanan Latin-nya: “universalis”, tetapi dalam serapan Yunani: “catholicus”.

Ungkapan “universalis” dinilai tidak cocok dengan pemahaman mengenai gerak Gereja, seperti yang dipahami melalui Perjanjian Baru. Kata sifat “universalis” menggambarkan gerak dan sifat “mengalihkan dan menghadapkan” (Lat. vertere) yang berada dalam lingkarannya, ke ‘satu’ (Lat. unum) titik.

Ada nada eksklusivitas, menutup pintu bagi mereka yang berada di luar garis lingkaran universalis itu. Tidak demikian dengan makna ungkapan “katholikos” (katolik). Di situ ada gerak dan sifat “keluar melalui (Yun. kath/kata) keseluruhan (Yun. holos)”.

Ada sisi inklusivitas positif, seperti digambarkan pada Kis. 9:31: “Selama beberapa waktu jemaat sepanjang seluruh (Yun. ekklēsia kath’ holēs) Yudea, Galilea dan Samaria berada
dalam keadaan damai”.

Demikian ulasan Walter J. Ong SJ, guru besar sastra Inggris, sejarawan, dan filsuf asal AS, dalam majalah America, April 1990. Karakter eksklusif, yang diperdebatkan oleh para murid Yesus (ay. 38), selalu membawa konflik. Mentalnya, “cegah ini”, “cegah itu”, “tuduh orang lain”, dan “salahkan sana-sini”.

Sebaliknya karakter inklusif selalu merangkul dan mengarah pada perdamaian. “Barang siapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (ay. 40).

 

Henricus Witdarmono
M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia

HIDUP NO.8 2019, 24 Februari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini