Loper Koran dari Barcelona

509

Daripada tidur dengan seribu satu keraguan aku memutuskan untuk membaca kisah hidup Claret dengan fokus yang tinggi. Satu harapan aku bisa menemukan kisah Claret yang menjual koran atau Claret yang membeli koran.

Setelah membaca secara detail dari halaman ke halaman aku menemukan  titik terang.
“Claret menjual koran? Bukan.
Ah, sial. Sabar. Claret menjual koran. Benar. Dia menjual koran. Ah, sial lagi. Claret tidak menjual koran. Dia hanya menjual buku-buku dari pola-pola yang dipamerkan setiap tahun di Paris dan London,” ungkapku dalam nada kesal.

Aku yakin dan percaya pasti ada saat dimana Claret berteriak di perempatan jalan dan menawarkan koran jualannya. “Yes, I find it,” ungkapku gembira. Claret adalah seorang penjual koran. Aku menemukan itu selepas dia ditahbiskan menjadi imam.

Dia menjual koran dari satu paroki ke paroki lain. Korannya banyak dibeli oleh orang sakit, pendosa, dan orang-orang kampung yang sederhana. Dia tidak bisa tidur jika tidak berteriak, ‘koran, koran, koran keselamatan dari Tuhan’. Ayo datang dan beli koran ini.

Kalian pasti akan mendapat wawasan lebih untuk tidak jatuh dalam dosa dan bertobat pada Tuhan. Claret semakin menyuarakan, ‘koran, koran dan koran’ hingga Tuhan merasa bahwa jualannya sudah cukup untuk banyak jiwa.

Claret tidak pernah menerima uang hasil jualan koran. Dia penjual koran gratis bagi banyak orang. Imbalan diterimanya saat banyak orang sadar dan kembali untuk bertobat. Keinginannya berkotbah dari satu paroki ke paroki lain agar menyadarkan semua orang yang belum bertobat.

Koran yang dijualnya mampu memulangkan orang pada proyek setan menuju api neraka. Claret, selain menjadi seorang penjual koran dia juga menjadi seorang kontraktor. Sebagai kontraktor dia mampu menawarkan gaji dalam bentuk keselamatan jiwa para pekerja.

Ini terbukti saat Claret menjadi Uskup Agung Santiago Kuba. Sebanyak tiga ratus ribu orang bertobat dan menerima sakramen penguatan. Ketika menemukan titik temu yang selama ini membingungkan, aku memutuskan untuk merebahkan badan di tempat tidurku.

Pikiranku menjadi bebas. Aku berharap agar tidak lagi mendengar teriakan, ‘koran, koran dan koran’. Apa yang kuharapkan ternyata salah.

Aku kembali mendengar banyak orang berteriak, ‘koran, koran dan koran’ dalam kata yang berbeda, “Ya Allah, bersegeralah menolong aku. Tuhan perhatikanlah hambaMu.”

Seketika itu juga aku sadar bahwa Tuhan sedang menjual koran. Banyak saudara sekomunitas yang telah menjadi loper koran. Aku ingin menjadi loper koran seperti Claret pemuda Barcelona itu.

Aku melangkah pasti menuju ruang mahakudus menyerahkan diri menjadi loper koran Tuhan.

Doa Seorang Loper Koran:
Ada rindu ‘tuk kembali dari hidupku yang lama
Oh…kembali, oh…kembali
Ada rindu ‘tuk kembali ke rumah Bapaku
Ke rumah Bapaku, oh…kembali
Apa gunanya kumiliki dunia, kehilangan jiwa
Jangan kubangga dengan semua yang kumiliki
Oh…kembali, oh…kembali…
Pulang

 

Aten Dhey CMF
HIDUP NO. 01 2019, 06 Januari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini