HIDUPKATOLIK.com – Meski sempat ditolak dan dipensiunkan dini, ia tetap setia dalam jalan seninya untuk menciptakan karya-karya musik Gereja. Ia dianggap sebagai salah satu peletak dasar perkembangan musik Gereja.
MUSIM panas tahun 2017, di Basilika di Sant’ Ignazio di Loyola a Campo Marzio, Roma, Italia sebuah kelompok paduan suara menyanyikan “Sicut Cervus”. Karya gubahan Giovanni Pierluigi da Palestrina ini dinyanyikan oleh sebuah kelompok kor dari Indonesia, Cappella Victoria Jakarta di Italia.
Meski dinyanyikan tanpa iringan musik lain, namun lagu itu berhasil membuat takjub penonton yang memadati basilika. Boleh jadi, pada zaman ini tidak begitu banyak orang yang akrab dengan nada-nada yang merangkai “Sicut Cervus”.
Namun, Cappella Victoria Jakarta menjadi salah satu pengecualiannya. Paduan suara ini menyanyikan lagi karya-karya dari zaman Renaissance, termasuk karya yang diciptakan oleh Geovanni.
Herman Josef mengungkapkan, menjadi salah satu yang berjasa dalam perkembangan musik Gereja di abad pertengahan. Geovanni memiliki perhatian bahkan menjadi pembaru musik Gereja di masa Renaissance.
Baca: http://www.hidupkatolik.com/2019/02/21/32313/herman-yoseph-tan-dari-buta-nada-menjadi-konduktor/
“Saya menilai beberapa karya musik yang kadang dipakai dalam liturgi di Indonesia kadang tidak mengabdi pada teks,” ungkap pendiri Cappella Victoria Jakarta dalam wawancara dengan HIDUP setahun lalu.
Hidup di abad XVI, Geovanni menjadi salah satu yang tak tertandingi jasanya dalam perkembangan Musik Gereja Katolik. Meski hanya seorang awam, perhatiannya pada musik-musik suci seakan tidak menemukan tandingannya bahkan hingga saat ini.
Baginya, musik dapat juga menjadi cara untuk beriman. Melodi seakan menjadi tangga yang dengannya setiap orang dapat meniti jalan menuju kedekatan yang lebih intim dengan Tuhan.