HIDUPKATOLIK.com – Kej.6:5-8;7:1-5,10; Mzm.29:1a,2,3ac4,3b,9b-10; Mrk. 8:14-21
“DI dalam perikop Injil yang lain (Luk 13:20-21; Mat31:33) Yesus menggunakan perumpamaan ragi untuk menunjukkan kekuatan ajaran-Nya. Namun, dalam perikop ini “ragi” digunakan untuk menunjukkan sikap yang buruk atau jahat.
“Ragi” orang Farisi adalah kepura-puraan (hyprocrisy). Mereka secara berlebihan memperhatikan hal- hal lahiriah, tetapi mengabaikan hal-hal rohani yang mendasar dan lebih penting. “Ragi” Herodes adalah semangat keduniawian, yang dikuasai dengan kesenangan dan ambisi politik.
Ragi mereka akan “meracuni” bangsa Israel dari dalam. Pada sisi lain, Penginjil mengangkat soal kelambanan para murid untuk memahami peringatan Yesus. Ia menegur mereka karena mereka tidak mengerti arti penting dari kejadian-kejadian ajaib yang telah mereka saksikan.
Seharusnya mereka sudah dapat belajar untuk percaya kepadaNya, bahkan tentang kebutuhan materi bagi orang banyak. Kondisi para murid, penuh dengan cacat dan kekurangan.
Namun, Tuhan memanggil mereka menjadi penjala manusia dan rekan sekerja dalam karya penyelamatan. Pada waktunya, mereka dipenuhi oleh Roh Kudus dan menjadi pilar-pilar penyangga Gereja.
Hal serupa juga terjadi pada kita. Meskipun kita mungkin tidak begitu berbakat, namun Tuhan memanggil kita. Kasih akan Tuhan dan ketaatan pada sabda-Nya menumbuhkan buah-buah kehidupan yang tidak kita duga.
Sr. Dr. Grasiana, PRR
Doktor Teologi Biblis dari Pontificio Univeritas St Tomas Aquinas Angelicum Roma