Hidupkatolik.com-SMP Seruni Don Bosco Pondok Indah, Jakarta Selatan, terus berkarya sebagai lembaga pendidikan Katolik yang mendalami spiritualitas sang guru sejati Santo Yohanes Don Bosco. Orang Kudus pencinta kaum muda ini tak pernah lelah mendorong kaum muda menemukan panggilan hidupnya. Lewat didikannya, banyak anak muda menemukan cita-cita mereka. Keselamatan jiwa kaum muda menjadi prioritas Yohanes Don Bosco.
Santo Yohanes Don Bosco membantu orang menemukan identitas diri kaum muda. Harapan yang sama juga kiranya menginspirasi para siswa SMP Seruni Don Bosco. “Sayang menemukan jatih diri zaman ini sangat susah. Banyak orang menutupi dirinya dan lupa keunikan-keunikan dalam dirinya. Banyak orang tidak mengenal dirinya,” ujar Pastor Agustinus Sunarya Sumarta SVD dalam retret SMP Seruni Don Bosco Pondok Indah di Rumah Retret Puspanita, Rabu, 13/1.
Dalam masa permenungan ini, Pastor Naryo, demikian dirinya disapa, mengajak para murid agar mengetahui siapa diri mereka.
Berkaca dari Kitab Kejadian 1:26, Pastor Naryo menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia sungguh-sungguh sebagai manusia-menurut gambar dan rupa Allah. “Kita diciptakan Allah sempurna, sungguh-sungguh luar biasa dan baik seperti Allah. Maka keunikan ini perlu kita sadari.”
Dirinya menambahkan, Orang belajar mengenali diri supaya tahu kehadirannya di tengah dunia. Karena itu, Pastor Naryo mengajak kaum muda melihat realitas zaman ini. Kaum muda perlu mengenal diri karena orang muda akan tampil di sebuah panggung kehidupan. Di panggung itu, orang akan menyoroti diri Kaum muda dan memandang siapa diri kita dan apa peran kita. “Orang muda perlu mengetahui siapakah kita sebenarnya. Mengenal diri kita penting karena orang lain akan melihat diri kita,” jelas pastor humoris ini.
Di sesi hari pertama, Misionaris Sabda Allah ini meminta para murid agar benar-benar sadar siapa dirinya. Manusia sebagai gambar Allah sesuai Kitab Kejadian diciptakan sempurna yaitu laki-laki dan perempuan. “Kesempurnaan adalah apa yang diciptakan Tuhan itu baik adanya menurut Allah bukan manusia,” tegasnya.
Dari teks Kejadian, kata Pastor Naryo, laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan yang sama. Keduanya mendapat tempat yang sama. Maka tidak perlu saling membedakan antara perempuan dan laki-laki. Keduanya sama karena secitra dengan Allah.
Hari pertama retret ini, Pastor Naryo mengharapkan kaum muda millenial bisa menyadari perannya, kehadirannya di tengah masyarakat, dan segala sesuatu yang diberikan Allah kepada manusia.
Yusti H. Wuarmanuk