Kenajisan Faktual vs Kebersihan Ritual

121

HIDUPKATOLIK.com –  Kej. 2:4b-9,15-17; Mzm.104:1-2a,27-28,29bc; Mrk. 7:14-23

KEINDAHAN firdaus terletak kepada keselarasan dan keharmonisan hubungan Allah dan ciptaan-Nya. Semua hidup sesuai kehendak Tuhan dengan tulus dan bahagia. Manusia, alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan berkembang dalam harmonisasi, damai, dan bahagia. Begitulah pengalaman manusia pertama hidup menaati kehendak Tuhan.

Keselarasan yang sama membuat hidup seorang damai bahagia, jika hati-pikiran dan perkataan-perbuatan berjalan seiring. Hidup konsisten dan transparan, tidak bermuka ganda.

Keharmonisan seperti ini akan ternodai saat kata dan tindakan tidak sejalan, hati dan perkataan bertentangan. Itulah yang menajiskan diri manusia, itulah yang mengotori hidup.

Tampaknya setia menaati semua petunjuk liturgi dan doa secara saleh, namun pikiran penuh dengan hal-hal jahat dan busuk, dan mulut melontarkan kata-kata fitnah, caci-maki dan umpatan. Itulah “kenajisan faktual” di hadapan kebersihan ritual.

Tuhan mampu melihat hati, sepandai apa pun manusia menyembunyikannya. Ia menginginkan manusia bersih secara asli, tulus luar-dalam. Manusia memang seharusnya menjaga kesucian ritual karena itu memang pantas dan layak untuk menghormati Sang Pencipta.

Namun, kebersihan ritual ini menjadi kehilangan maknanya, jika tidak diimbangi dengan kesucian hati, pikiran, kata dan tindakan kita. Keduanya berjalan seiring dan seimbang. Dengan demikian terhindarlah kita dari “kenajisan faktual” hidup.

 

Pastor Paulus Toni Tantiono, OFM Cap.
Dosen Kitab Suci STT Pastor Bonus, Pontianak

HIDUP NO.6 2019, 10 Februari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini