HIDUPKATOLIK.COM – Kej. 1:20-2:4a; Mzm. 8:4-5,6-7,8-9; Mrk. 7:1-13
KISAH penciptaan berpuncak pada penciptaan manusia sebagai ciptaan teragung, diciptakan serupa “citra Allah”, membawa gambaran keilahian dalam diri manusia. Kalimat penutupnya lebih meriah lagi, “Allah melihat bahwa semuanya itu amat baik”.
Manusia bukan sekadar salah satu ciptaan seperti ciptaan lain sebelumnya (matahari, bulan, hewan, tumbuhan), melainkan diangkat menjadi rekan sekerja Pencipta, dengan tugas mengolah bumi sesuai kehendak Allah.
Kuasa mengolah dunia di tangan orang-orang baik akan mendatangkan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Sebaliknya di tangan orang yang curang dan berdosa akan membawa keburukan, meskipun menguntungkan bagi dirinya.
Dalam Injil, Yesus mengecam kaum Farisi dan Saduki, yang mengritik tindakan murid-murid Yesus yang melanggar adat-istiadat Yahudi (makan tanpa mencuci tangan). Yesus yang tahu kelicikan mereka (kaum Farisi dan Saduki), langsung menembak kecurangan mereka.
Mereka memelintir hukum Taurat bagi kepentingan mereka sendiri dan merugikan orangtua mereka. Dengan meminjam istilah “qorban”, mereka melepaskan harta mereka dari kewajiban untuk memelihara orangtua mereka.
Kelicikan dan kecurangan akal mereka bertentangan dengan tugas manusia mengolah bumi dengan bijaksana, mengasihi manusia yang lemah.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFM Cap.
Dosen Kitab Suci STT Pastor Bonus, Pontianak
HIDUP NO.6 2019, 10 Februari 2019