Pastor FX Talinau Doy: Perginya Si Guru Sabda

254
Frans Doy. [www.ofm.or.id]

HIDUPKATOLIK.COM –  FRANSISKUS Xeverius Talinau Doy, lahir di Buawae, Flores, 3 Januari 1943, dibesarkan dalam keluarga Katolik yang mentradisi dan terpandang dalam masyarakatnya. 

Ia melanjutkan studi kateketik – menjadi guru agama pada persekolahan Bunda Hati Kudus, Jakarta. Bagi Frans Doy, katekese adalah pewartaan Sabda dan selalu berpusat pada Sabda. Namun katekese perlu didukung penyajian yang menarik, pemakaian simbol-simbol yang menyapa dalam rangka pendewasaan iman peserta didik.

Lama menjadi katekis, ia terpanggil menjadi imam Diosis Jakarta. Sebelum belajar teologi di Yogyakarta, ia belajar filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Pastor Frans Doy ditahbiskan pada 15 Agustus 1986.

Sebagai imam keuskupan, ia berkarya sebagai pastor rekan di Paroki St Ignatius Jalan Malang (1986-1992), Paroki Ciledug (1992-1993), Paroki Cijantung (1997-1999), dan Paroki Pulo Gebang (1999-2013).

Sebagai Pastor rekan, ia mendapat tugas untuk ikut serta bertanggung jawab atas terlaksananya reksa pastoral paroki, sekaligus juga sebagai Ketua Dewan Paroki. Pastor yang dikenang sebagai pembimbing retret di Ruteng, Flores (1993-1997) ini merintis Kerasulan Doa dan Meditasi yang bermula dari Paroki Pulo Gebang.

Meditasi baginya, merupakan langkah pertama untuk menuju persatuan cinta dengan Allah. Sedangkan Doa berarti mengangkat hati dan budi menuju Allah dan memohon hal-hal baik kepada-Nya sesuai dengan kehendak-Nya.

Melalui komunitas ini, cukup banyak umat mengalami penghiburan, menemukan solusi bagi krisis keluarga, mendapatkan petunjuk Ilahi dalam perjalanan kehidupan perkawinan. Pengalaman itu dituangkan pula dalam artikel-artikel yang ditulis dalam Majalah Kuasa Doa, yang diterbitkan secara berkala oleh komunitas ini.

Namun, kebersamaan kita dengan Pastor Frans kini telah berakhir. Ia wafat pada usia 75 tahun pada Senin lalu, 3/12. Semasa hidupnya, banyak umat mengalami kegembiraan dan penghiburan ketika bertemu dengannya. Kini, penampilannya yang sederhana, apa adanya akan tetap menjadi kenangan.

 

Jacobus Tarigan

HIDUP NO.51 2018, 23 Desember 2018

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini