HIDUPKATOLIK.COM – Ibr. 12:18-19,21-24; Mzm. 48:2-3a,3b-4,9,10,11; Mrk. 6:7-13
YESUS mengutus 12 rasul, disertai pembekalan dan petunjuk pelaksanaan yang mengisyaratkan sikap lepas bebas. Seorang utusan harus belajar tahu diri agar tidak menjadi batu sandungan terhadap Kabar Baik yang diwartakannya.
“Berani mengatakan ‘tidak’ walaupun tawaran datang terus, dan berani mengatakan ‘cukup’ walau masih bisa mengambil lagi…” (Julius Kardinal Darmaatmadja). Seorang utusan berani bersikap “makan untuk hidup” bukan “hidup untuk makan” sehingga tidak merusak diri sendiri dengan membawa atau menyimpan makanan berlebihan.
Demikian halnya dengan uang atau harta milik lainnya yang adalah sarana, bukan tujuan. Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan. Juga tak perlu memaksa orang lain untuk menerima, cukuplah tinggal dengan damai di tempat di mana kita diterima.
Pusat pastoral evangelisasi dan penyelenggara utama atas hidup seorang utusan adalah Allah sendiri, bukan kepandaian dan keterampilan manusiawi semata.
Pemilihan 12 rasul mencerminkan pemulihan Israel yang terdiri atas 12 suku, menjadi Israel Baru yang dibebaskan dari perbudakan dosa. Kasih dan kesetiaan Allah melampaui kekuatan si jahat dan kecenderungan manusia untuk berdosa.
Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta
HIDUP NO.5 2019, 3 Februari 2019