Menyikapi Penolakan

196

HIDUPKATOLIK.COM – Pw St. Paulus Miki; ImdkkMartir; Ibr. 12: 4-7,11-15; Mzm. 103:1-2,13-14,17-18a; Mrk.6:1-6

RASA takjub akan hal yang sama dapat menghasilkan sikap berbeda pada orang berbeda. Mereka yang disembuhkan oleh Yesus mengungkapkan rasa takjub dengan segera percaya dan mengikuti Dia. 

Sebagian orang yang merasa amat tahu asal-usul Yesus dan kenal sanak-saudaraNya, segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang mengungkapkan rasa kecewa dan penolakan. Yesus tidak cemas, penolakan diterima-Nya sebagai konsekuensi menegakkan Kerajaan Allah di dunia.

Di Indonesia, beberapa tokoh yang  memimpin dengan jujur dan ingin membebaskan rakyat dari kemiskinan, juga mengalami penolakan bahkan sampai difitnah dan dihujat oleh bangsanya sendiri. Yesus memberi penegasan, “Seorang nabi dihormati di mana-mana
kecuali di tempat asalnya sendiri…” (6:4). 
Ia juga memberi teladan bagaimana bersikap, yaitu berjalan terus, tidak mundur.

Hari ini kita mengenang Santo Paulus Miki, imam Jesuit yang hidup pada abad ke-16. Bersama 25 martir Jepang lainnya, mereka menjadi saksi bahwa fitnah keji, penolakan, dan pengadilan semena-mena tidaklah menyurutkan langkah mereka untuk menjadi penegak kebenaran.

Mereka bercahaya oleh hikmat Allah. Mereka tahu bagaimana menyikapi kejahatan, ketidak-percayaan dan penolakan. Apa yang kulakukan ketika aku ditolak karena membela kebenaran?

 

Monica Maria Meifung
Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta

HIDUP NO.5 2019, 3 Februari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini