100 Tahun RS St Carolus, Melayani Dari Hati

2186
Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo membubuhkan tanda tangan sebagai tanda peresmian Gedung Medik Carolus Borromeus (GMCB), sekaligus menandai 100 tahun RS Carolus berkarya untuk negeri di Jakarta 21/1; disaksikan oleh Ketua Pengurus PPSC Rudyan Kopot dan DIrektur Utama RSSC JB.Endrotomo Sumargono. [HIDUP/Decky Adiarto]

HIDUPKATOLIK.COM – Berawal dari misi sepuluh Zuster Misionaris Carolus Borromeus (CB) yang telah mengarungi samudra hingga menginjakkan kaki di Indonesia dan mendirikan Rumah Sakit St Carolus (RSSC) di Batavia. Kini, di usianya yang ke-100 tahun, semangat pelayanan kesehatan yang dijiwai oleh cintfa kasih terhadap sesama, tanpa membedakan suku, agama, bangsa, dan status sosial masih tetap dijaga.

Hal itu tercermin dari moto RSSC terbaru, I-CARE. “Integrity (konsisten), Compassion (ikut merasakan), Assurance (menjamin kualitas layanan), Respect (menghormati), Embrace Innovation (membuat perubahan, inovatif) , menjadi roh kami dengan semangat melayani, kepedulian, dan pelayanan bermutu yang berbela-rasa,” ungkap Direktur Utama RSSC JB Endrotomo Sumargono dalam jumpa pers Perayaan HUT ke 100 RSSC, bersama Ketua Panitia HUT Veronica EAA Felnditi dan Direktur Medik RSSC Caecilia Krismini.

Bukan sekadar slogan, RSSC secara rutin mengadakan operasi katarak gratis (1.115 pasien), operasi bibir sumbing gratis (393 pasien) dan kegiatan pembedahan anak cacat. Menandai perjalanan RS yang telah berkembang selama satu abad, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo juga turut meresmikan Gedung Medik Carolus Borromeus (GMCB).

Pencapaian tersebut tak lepas dari kerjasama yang solid antara imam Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), biarawati di Kongregasi Suster-suter Cinta Kasih St Carolus Borromeus (CB), dan awam Katolik.

Dalam kesempatan itu, Mgr Suharyo turut mengungkapkan rasa syukur sembari berpesan untuk menjaga pelayanan yang telah diberikan.

“Kita bersyukur kepada Tuhan yang dari waktu ke waktu mengutus pribadi-pribadi yang rela, untuk merawat, menjaga, dan mengembangkan pelayanan kesehatan ini. Kita kenang dalam doa-doa kita, para perintis yang telah mendahului kita, dan kita mohon bagi kita semua, agar dengan peran yang berbeda dapat menjalankan peran untuk tugas perutusan kesehatan yang mulia ini.”

“Sekecil apapun agar dapat membawa orang untuk merasakan kebaikan Tuhan sendiri,” tutur Mgr Suharyo yang memimpin Perayaan Ekaristi HUT bersama enam konselebran, Pastor Samuel Pangestu, Pr (Vikjen KAJ); Pastor Justinus Sudarminta, SJ (Wakil Ketua PPSC-Perkumpulan Perhimpunan St Carolus Vereeniging), Pastor Agung Setiadi, OFM (Kepala Paroki Kramat), Pastor Stef. Royke Djakarya, Pr (Pengurus Dana Pensiun Konferensi Waligereja Indonesia-KWI), Pastor Harry Sulistyo, Pr (Ketua Komsos KAJ dan tim drama musikal), dan Pastor Odemus Bei Witono (Direktur Civita).

RS St Carolus, diwakili oleh Ketua Pengurus PPSC Rudyan Kopot dan DIrektur Utama RSSC JB.Endrotomo Sumargono menerima sumbangan natura dari Imesco Dito.[HIDUP/Decky Adiarto]
Sementara mewakili Menteri Kesehatan dr. Nila Djuwita F. Moeloek yang berhalangan hadir, adalah dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS sebagai Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan.

Dalam kesempatan itu Roberth menyampaikan, di era ini semua negara akan saling tergantung. Indonesia memasuki era jaminan kesehatan nasional (universal health coverage) tahun 2019 ini. Dengan hadirnya berbagai pelayanan teknologi, diharapkan kendali mutu dan biaya yang sesuai standar kesehatan tanpa mengurangi mutu pelayanan.

Selain RS Carolus di Salemba, karya kesehatan yang berada dibawah PPSC tersebar di beberapa tempat seperti RS St. Carolus Jakarta; RSIA St. Yusuf Tanjung Priok; Klinik Pratama Carolus Paseban sebagai Klinik Pratama (KP) terbaik pertama di DKI Jakarta; KP Carolus Tanjung Priuk; dan KP Carolus Samadi.

Selain itu ada pula karya kesehatan Komunitas Suster-suster CB yang tidak berada dibawah PPSC seperti di Bandung, Yogyakarta, dan Kupang.

Para pengurus Yayasan RS St Carolus (PPSC) dan segenap jajaran direksi, berfoto bersama Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo. [HIDUP/Decky Adiarto]
Lebih lanjut, dr Endrotomo Sumargono turut menyinggung tentang salah satu dari delapan nilai yang dipegang sebagai motto dari RS St Carolus, yakni keberpihakan pada kaum lemah (option for the poor). “Pelayanan kesehatan yangn efektif dan efisien, memenuhi semua lapisan,” ujar Endro.

Kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) RSSC juga turut terlibat dalam aksi sosial cepat tanggap, ikut ambil bagian pada berbagai bencana nasional dengan mengirim tim kesehatan, mulai dari bencana di Aceh, gempa di Nias, Lombok, Yogyakarta, dan mengirim bantuan alat kesehatan saat gempa di Donggala, Palu.

Baca juga: 

Sedang dipersiapkan juga dalam waktu dekat, pertunjukan drama musikal berjudul “Kemuning, mempelai berkalang luka” pada Mei 2019 mendatang. Hasil dari pertunjukan in akan diberikan utnuk pengembangan layanan kasih dan pembangunan Klinik Pratama Carolus di Nias Barat, Sumatra Utara.

Ketika ditanya oleh Hidupkatolik.com tentang alasan pemilihan tempat bantuan di Nias, Veronica Felnditi menyampaikan bahwa di Nias, Kongregasi CB terlibat dalam kegiatan live in dan telah melihat situasi.

“Setelah tiga-empat kali mengirimkan suster dan dokter, mengingat situasi dan kondisi setempat, akhirnya kita akan membantu memberikan pelayanan kesehatan di Nias, daerah yang sulit, terpencil, dan belum banyak pelayanan kesehatan. Kita juga menggalang dana untuk mewujudkan klinik pratama di Nias,” ujar Vero bersemangat.

 

Antonius Bilandoro

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini