Perantara Damai Sejahtera yang Sejati

160

HIDUPKATOLIK.COM –  Pw. St. Fransiskus dari Sales, Ibr.7:25-8:6; Mzm.40:7-8a,8b-9,10,17; Mrk. 3:7-12

REFLEKSI tentang imamat Perjanjian Baru dalam surat kepada umat Ibrani sampai pada puncaknya yang menentukan ketika diperhadapkan Imam Agung Kristus dengan imam-imam besar keturunan Harun.

Keaslian jati diri Imam Agung itu berakar pada kualitas-Nya: “saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang telah dipisahkan dari orang-orang berdosa, dan ditinggikan mengatasi segala langit” (Ibr. 7:21). Nilai-nilai itu nampak dalam perantaraan keselamatan-Nya yang lebih efektif, karena Ia tidak “setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri.”

Sebaliknya, Ia sudah “mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban” bagi kita “satu kali untuk selama-lamanya” (Ibr. 7:27). Bait Allah dan Kemah tempat Mahakudus dengan liturgi buatan manusia hanyalah satu antisipasi kenabian dari liturgi baru yang definitif di surga (lih. Ibr. 8:4-5). 

Yesus, Imam Agung Sejati kita telah “mendapat tugas pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi” (Ibr.8:6).

Kutipan Injil yang merupakan sintesis Penginjil Markus atas karya awal Yesus di Galilea memperlihatkan aktualitas pengharapan yang antisipatif dan profetik pengarang surat kepada umat Ibrani.

Dialah yang datang untuk mewujudkan secara definitif shalom, damai sejahtera dalam segala aspeknya, yakni pembebasan dari segala penyakit dan kelemahan, dari pengaruh roh-roh jahat dan segala kepalsuannya.

 

Pastor Vitus Rubianto Solichin SX
Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta, Doktor Teologi Kitab Suci dari Universitas Gregoriana, Roma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini