Jejak Spiritual Michaelangelo

1821
Pietà karya Michaelangelo yang menggambarkan Maria saat memangku jenazah Yesus.[www.stpetersbasilica.info/]

HIDUPKATOLIK.COM –  Spiritualitasnya berakar pada kekatolikan yang dihayati keluarganya. Palu dan pahat ia gunakan dengan pengaruh iman Kristen yang dihidupinya.

ALKISAH, Kardinal Jean de Bill heres membayangkan apa yang dapat ia letakkan pada kuburan­­nya, sehingga dengan itu, orang masih mengingat dirinya meski dia telah tiada. Ia merasa, bahwa selama ini, seluruh hidupnya sudah diserahkan untuk melayani Gereja, tak ada salahnya, kalau ia juga meletakkan sebuah kenangan di atas pusaranya.

Dengan itu, mungkin orang masih akan mengenang jasanya. Untuk tujuan itu, pikiran kardinal asal Perancis ini tertuju pada Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni. Pada tahun 1498, Kardinal Billheres meminta pematung Italia itu untuk membuat untuknya sebuah patung yang akan ia letakkan di kuburannya.

Kardinal Billheres juga memilih adegan saat Maria memangku jenazah Yesus, sejenak setelah Ia diturunkan dari salib, untuk menjadi adegan yang akan ditampilkan dalam patung itu. Sebongkah batu marmer dari Carrara lalu dipilih Michaelangelo untuk menerjemahkan keinginan itu menjadi sebuah patung.

Impian Kardinal Billheres pun terwujud, saat ia meninggal pada 6 Agustus 1499, ia dimakamkan di Kapel St Petronilla yang masih satu kompleks dengan Basilika St Petrus, Roma. Di atas pusaranya, diletakkan “Pieta”, patung Maria memangku Jenazah Yesus, yang sebelumnya ia pesan dari Michaelangelo.

Pieta itu tetap berada di sana sampai 200 tahun kemudian. Pieta itu lalu dipindahkan ke kapel pertama di sebelah kanan setelah pintu masuk Basilika.

Inspirasi iman
Sejak selesai dibuat pada tahun 1499, Pietà telah menginspirasi emosi dan iman. Melalui penggambaran anggun dari Bunda Maria dan Yesus Kristus, setiap orang diantar untuk merenungkan makna terdalam dari iman Kristiani. Cinta kasih total Yesus sampai wafat di salib dan kesetiaan Maria yang terus menyertai putranya sampai akhir.

Kini Pieta tak hanya milik Kardinal Billheres. Buah karya Michaelangelo ini menjadi kekayaan Gereja yang tak ternilai harganya. Saat Kardinal Billheres memerintahkan Michaelangelo untuk memulai proyek Pietà, adalah untuk menciptakan karya marmer yang paling indah di Roma. Dimana tak ada seorang seniman pun yang mampu menyaingi.

Sementara pematung lain mungkin menolak permintaan semacam ini, Michelangelo yakin dia bisa menyelesaikan tugas seperti itu. “Saya sanggup mengerjakannya yang mulia, saya akan membuat patung seperti yang engkau inginkan itu,” begitu janji Michaelangelo pada Kardinal Billheres.

Sampai setelah 500 tahun kemudian, Pietà dianggap sebagai karya terbesar Michaelangelo. Ada yang berpendapat, karya ini bahkan mengalahkan Patung Daud dan lukisan di langit­langit Kapel Sistina. Hanya sedikit orang yang percaya bahwa Michaelangelo akan mampu menyelesaikan tugas yang sulit ini.

Tapi, hasilnya luar biasa dan melebihi semua harapan. Tak ada yang menyangka, pematung muda itu benar-­benar membuat karya yang brilian. Pieta dari bahasa Italia yang berarti ‘belas kasih, kesedihan, kasihan, simpati’. Dari semula sebuah proyek senilai 450 ducat, kini menjadi karya yang membantu banyak orang untuk meresapi nilai rohani dari peristiwa sengsara Yesus.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini