Setan Siang dan Malam

799

HIDUPKATOLIK.COM – SINAR mentari pagi yang begitu terang membuat penghuni tersenyum. Bentuknya yang kuning seakan menunjukkan kegembiraan. Dedaunan pun melambai-lambai menyongsong sang mentari pagi. Teriakan nyanyian anak sekolah dasar yang melantunkan lagu kebangsaan, melukiskan betapa indahnya hari ini.

Ayam-ayam tidak lagi berada di sarang, melainkan melangkah sambil beterbangan seperti ingin menyampaikan terimakasih kepada sang mentari. Tidaklah demikian bagi pak Beni, seorang bapak yang sehari-hari bekerja sebagai pembuat sapu lidi.

Lehernya tercengang seperti ada yang mencekik. Dia tak mampu tertawa di tengah hari yang cerah. Bahkan kata-kata yang diucapkannya tak terdengar dengan jelas oleh istri dan kedua orang anaknya. Mungkinkah sang mentari tak bersahabat dengan diriku dan keluargaku, seru pak beni dalam hati! Rumahnya yang berukuran tiga kali empat, terdiri dari satu kamar dan ruang tamu yang begitu sempit.

Dinding-dindingnya terbuat dari bambu-bambu yang sudah dipecahkan. Di sinilah tempat dia mempertaruhkan hidup bersama keluarganya. Jarum jam menunjukkan pukul 12.00 siang. Di tengah makan siang bersama istri dan kedua orang anaknya, sebuah malapetaka tiba-tiba muncul. 

Kepala Pak Beni, istri dan kedua orang anaknya disentuh oleh tangan yang tak kelihatan, oleh wajah yang bersembunyi dibalik cahaya. Langkah kakinya tak berbunyi seperti dia bukan makhluk yang berkaki. Nasi yang ada di piring Pak Beni, berubah menjadi
kotoran manusia.

Di dalam kamar juga penuh dengan kotoran manusia. Hari ini rumah Pak Beni seperti toilet tempat orang yang tak dikenal membuangkan kotoran. Hal aneh ini yang membuat Pak Beni kaku, tak mampu mengerakkan kedua tangannya untuk memeluk istri dan anak-anak. Mulutnya tertutup rapat tak mampu berteriak minta tolong.

Aroma bau kotoran manusia itu tercium di rumah tetangga seakan sebuah pertanda bahwa ada kejadian yang aneh telah terjadi. Bau itu bagaikan suara teriakan pertolongan Pak Beni yang tak mampu bersuara. Rumah Pak Beni memang agak jauh dari rumah warga lain.

Tetangga Pak Beni merasa heran dan bertanya, “Kok pak Beni tak kelihatan? Biasanya pak Beni sore-sore gini berkumpul bersama kita”.
Tiba-tiba seruan seorang anak juga terdengar, “Lastri dan Rinto juga tak ikut bermain bersama kami hari ini. Kemana mereka?” seru seorang tetangga. Ah.. mungkin saja mereka pergi berlibur ke rumah opa dan omanya Lastri dan Rinto.

Tergerak hati oleh rasa penasaran,mereka mengunjungi rumah Pak Beni. Dari jauh mereka melihat pintu terbuka. Mereka melihat banyak anak-anak kecil yang sebaya dengan Lastri dan Rinto berkeliaran. Semakin mereka mendekati rumah Pak Beni, tubuh mereka merinding kedinginan.  

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini