Paus Fransiskus: Ikutilah Teladan Pengampunan St Stefanus

1885
St Stefanus dilempari batu sambil berseru, "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" [Dok. Catholic Ireland]

HIDUPKATOLIK.COM-– Perjalanan hidup membuat manusia terluka. Luka akibat kehidupan itu dapat meninggalkan bekas yang dalam maupun dangkal. Luka itu pun dapat meninggalkan kepahitan di dalam jiwa. Yesus menawarkan penawar bagi jiwa yang terluka yakni dengan pengampunan. Mengampuni memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, Paus Fransiskus sekali lagi mengingatkan umat beriman pada Hari Raya Santo Stefanus bahwa martir pertama Kristen mengajarkan untuk percaya pada Tuhan dan selalu mengampuni orang lain.

Godaan untuk menolak memberikan pengampunan memang sangat besar. Terlebih jika mengingat kembali kenangan pahit yang terjadi bagaimana kasih yang tulus dikhianati, persahabatan dirusak, dan kepercayaan hilang. Bukan hanya fisik yang mungkin terluka, tetapi terlebih jiwa menjadi compang-camping.

Oleh karena itu, Paus Fransiskus usai berdoa Malaikat Tuhan dengan ribuan peziarah dan turis di Lapangan St Petrus, merefleksikan kembali teladan kepercayaan St Stefanus kepada Tuhan dan semangat pengampunannya.

Bapa suci menyatakan bahwa pengampunan akan memperluas hati, menghasilkan semangat berbagi, dan memberikan ketenangan serta kedamaian.

Paus Fransiskus juga menyatakan betapa kontrasnya peristiwa kelahiran penuh sukacita Kristus dan drama kejam kemartiran St Stefanus. “Dalam kenyataannya ini tidak terjadi, karena Yesus adalah Anak Allah yang menjadi manusia, yang akan menyelamatkan manusia dengan mati di kayu salib.”

Bapa Suci melanjutkan bahwa Stefanus adalah orang pertama yang mengikuti jejak Yesus melalui jalan kemartiran. “Dia mati seperti Yesus dengan mempercayakan hidupnya kepada Allah dan mengampuni penganiaya-penganiayanya,” imbuhnya.

Dalam Bacaan Pertama hari itu (Kisah Para Rasul 6: 8-10; 7: 54-59), Stefanus diseret di hadapan Sanhedrin di Yerusalem dengan tuduhan penistaan agama. Dia berbicara panjang lebar kepada mereka, tetapi mereka marah dengan kata-katanya. Mereka melemparkannya ke luar kota dan melempari dia dengan batu sampai mati.

Paus Fransiskus berkata bahwa Stefanus menunjukkan sikap penerimaan yang setia atas hidup apa pun, baik itu positif atau negatif. “Percaya kepada Tuhan membantu kita menyambut saat-saat sulit dan menjalaninya sebagai kesempatan untuk bertumbuh dalam iman dan untuk membangun hubungan baru dengan saudara-saudari kita,” ujar Paus yang baru saja merayakan ulang tahunnya.

Tidak hanya sikap berserah kepada kehendak Allah yang ditiru oleh Stefanus, namun juga sikap pengampunan dengan berdoa untuk para penganiaya. Bapa Suci berujar, “Kita dipanggil untuk belajar dari teladannya untuk mengampuni, untuk selalu memaafkan.”

Paus melanjutkan bahwa Stefanus telah memberikan suatu teladan untuk menjalani hubungan dengan orang lain: dalam keluarga, di sekolah atau di tempat kerja, dan dalam kehidupan paroki. “Logika pengampunan dan belas kasih selalu menang dan membuka cakrawala harapan.”

Sikap pengampunan hanya dapat dikembangkan melalui doa. “Doa memungkinkan kita untuk menjaga pandangan kita tertuju pada Yesus,” ujar Paus lirih. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan Stefanus yang mampu mengampuni pembunuhnya karena ia penuh dengan Roh Kudus. Matanya yang penuh kasih terus memandang ke langit saat ia dilempari batu menandakan ia terbuka dengan kehendak Tuhan.  Ketenangan demikian merupakan hasil dari olah doa. “Doa memberinya kekuatan untuk menderita sebagai martir.”

Untuk itu, Paus menyimpulkan  bahwa umat beriman perlu berdoa dengan semangat kepada Roh Kudus untuk memperoleh rahmat kekuatan yang menyembuhkan ketakutan, kelemahan, dan pikiran kita yang kerdil.

Felicia Permata Hanggu

Sumber: Vatican news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini