Pastoral Kehadiran

442

HIDUPKATOLIK.com Minggu 23 Desember 2018, Minggu Adven IV, Mi 5:1-4a; Mzm 80:2ac, 3b, 15-16, 18-19; Ibr 10: 5-10; Luk 1: 39-45.

“Kunjungan kegembalaan yang sudah menjadi pola pastoral tradisional Gereja di banyak tempat tetap relevan dan mendapat peneguhan dari cara Allah mendatangi umat-Nya.”

KITA berada di hari-hari terakhir menjelang perayaan Natal tahun 2018. Terjadi banyak perjumpaan dalam kehidupan kita berkenaan dengan persiapan Natal. Banyak orang menjumpai imamnya untuk menerima Sakramen Tobat.

Ada yang pergi berbelanja menyiapkan pakaian yang baru untuk perayaan Natal; Ada yang sibuk membuat kandang natal; ada pula yang berkumpul dalam kelompok kor untuk memperindah perayaan ekaristi Natal. Tidak ketinggalan orang menyiapkan bingkisan Natal untuk dikirim kepada anak-anak panti Asuhan atau orang-orang lain yang membutuhkan.

Ada pula yang menggunakan kesempatan ini untuk bersama keluarga menikmati liburan Natal. Selain suasana kegembiraan dan keramahan, pasti ada juga yang mengalami sakit, penderitaan akibat kerasnya perjuangan hidup ini atau pun akibat ulah sesama yang dikuasai oleh kuasa dosa.

Di tengah hiruk pikuk kehidupan itu, Allah menyatakan diri-Nya. Dia adalah Allah yang mendatangi umat-Nya. Allah kita adalah Sang Penjumpa sejati. Ia tidak membiarkan manusia terpisah dari kebersamaan dengan-Nya. Ia juga tidak membiarkan manusia hidup dalam kesendirian terpisah dari sesama manusia.

Allah menghendaki agar manusia hidup dalam persekutuan penuh bersaudara dan kasih satu sama lain. Warta Kitab Suci yang dibacakan pada Minggu IV Adven ini amat tegas memperlihatkan Allah, Sang Penjumpa itu. Nabi Mikha (Mi 5:2-5a) memperjelas kedatangan Sang Penjumpa, Sang Immanuel.

Mesias ini akan lahir di Betlehem, kota Daud. Mesias ini akan menggembalakan umat dalam kekuatan Allah. Sedangkan penulis Surat kepada Orang Ibrani memperjelas tindakan Allah untuk mendatangi umatnya.

Allah mengutus PutraNya ke dunia ini untuk melaksanakan karya penyelamatan-Nya. Tokoh Yesus Kristus, Sang Emanuel itu diperkenalkan sebagai Dia yang melakukan kehendak Allah. “Lihatlah, Aku datang untuk melakukan kehendakMu, ya Allahku”.

Allah mendatangi manusia secara pribadi juga. Bunda Maria dan Elisabeth merupakan orang-orang yang dikisahkan dalam Injil Luk 1:39-45 sebagai manusia-manusia yang didatangi oleh Allah melalui utusan-Nya.

Allah menawarkan Bunda Maria dan Elisabeth untuk berkarya bersama-Nya dalam mewujudkan rencana keselamatan umat manusia. Bunda Maria khususnya memberi jawaban “Ya” terhadap tawaran Allah itu. Dia bersedia bekerja bersama Allah. Bunda Maria adalah orang terbaik pilihan Allah. Kesiapsediaan Bunda Maria menunjukkan pemberian dirinya kepada Allah.

“Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk 1:38). Kerendahan hati dan imannya yang total kepada Allah sungguh berkenan di hati Allah. Maria telah memberikan diri seutuhnya bagi rencana keselamatan-Nya.

Sungguh, Bunda Maria menjadi teladan iman bagi semua orang. Dialah murid sejati Tuhan Yesus. Sikap murid sejati yang rendah hati ini menghasilkan rasa sukacita mendalam bagi dirinya, tetapi juga sukacita itu mempesona orang lain pula. Merasakan dipercaya oleh Allah membangkitkan sukacita tulus dan penuh kerendahan hati pada diri Bunda Maria.

Dia bergegas hendak membagikan  sukacita hidup itu kepada saudaranya Elisabeth. Kunjungannya kepada Elisabeth menjadi kunjungan yang membahagiakan baik bagi dirinya maupun bagi Elisabeth, pun bagi bayi dalam kandungannya “melonjak kegirangan”.

Kunjungan Tuhan diteruskan dalam hidup Bunda Maria dengan mengunjungi Elisabeth. Mempersiapkan Natal bagi kita juga perlu diwujudkan dalam kesediaan kita untuk saling mengunjungi agar bisa berbagi sukacita hidup.

Kunjungan dari muka ke muka orang yang merasakan perjumpaan dengan Tuhan menjadi semakin penting dalam dunia yang mulai dikuasai oleh hidup di dunia maya. Kunjungan kegembalaan yang sudah menjadi pola pastoral tradisional Gereja di banyak tempat tetap relevan dan mendapat peneguhan dari cara Allah mendatangi umatnya.

Para pelayan pastoral terus menerus perlu melakukan kunjungan pastoral langsung (pastoral kehadiran) sebagai bentuk perwujudan dari Allah yang mengunjungi umatNya. Pastoral kehadiran berupa kunjungan ini terasa amat penting untuk menghindari salah tafsir, salah interpretasi terhadap orang lain.

Forum-forum kebersamaan dalam hidup berbangsa dan menggereja perlu ditingkatkan. Memang isi dan motivasi dari kebersamaan itu perlu diberi kualitas. Kualitasnya ditentukan oleh isi perjumpaan itu adalah kabar sukacita, perjuangan bagi kesejahteraan bersama bonum commune.

 

Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM
Uskup Bogor

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini