HIDUPKATOLIK.com – Bersama masyarakat, RP Marselinus Agot SVD menghijaukan lahan gundul di wilayah Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Berkat upaya ini, ia mendapat penghargaan lingkungan hidup dari Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
Romo Marsel, demikian ia biasa disapa, masuk dalam nominasi penerima penghargaan lingkungan hidup 2013 dari Kementerian Kehutanan RI. Penghargaan ini diberikan kepada perseorangan yang memiliki komitmen terhadap kelestarian hutan, rehabilitasi hutan yang rusak, dan penghijauan lahan gundul. Penghargaan ini diterima Romo Marsel pada rangkaian acara Hari Menanam Pohon Indonesia di Desa Datah, Karang asem, Bali, pada Senin, 25 November 2013.
Romo Marsel mendedikasikan penghargaan yang ia terima kepada para pemerhati lingkungan hidup. “Serta bagi semua pihak yang telah ikut peduli terhadap lingkungan hidup yang indah dan asri,” ujarnya. Penghargaan ini, bagi alumnus Seminari Menengah Pius XXI Kisol, Flores, ini merupakan sebuah tantangan. “Saya justru semakin tertantang agar tetap fokus terhadap persoalan lingkungan hidup,” tegas Romo Marsel.
Romo Marsel menerima penghargaan ini atas jasanya turut menghijaukan kembali lahan gundul di wilayah Labuan Bajo, Manggarai. Imam Societas Verbi Divini (SVD) ini telah gencar membudidayakan aneka jenis pohon lokal yang terancam punah di wilayah Flores Barat semenjak 20 tahun lalu.
Hutan buatan
Mula-mula Romo Marsel merasa gelisah tatkala memandang lahan-lahan hutan yang mulai gundul. Pepohonan dibabat habis. Perlahan tapi pasti, alam menuju kehancuran. Akibat kerusakan alam ini, bencana tanah longsor, erosi, dan debit air bersih yang kian menurun selalu mengancam kehidupan warga.
Romo Marsel pun berinisiatif membeli lahan pada medio 1990-an. Romo Marsel ingin mewujudkan mimpinya menghijaukan Manggarai di atas lahan yang dibeli seharga lima ratus rupiah per meter persegi ini. Tapi ia tak ingin bermimpi sendiri. Mimpi itu dibagikan kepada orang-orang di sekitarnya. Maka, bersama karyawan, dosen, serta mahasiswa Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) St Paulus Ruteng, Manggarai, Romo Marsel memulai gerakan peng hijauan. “Kami mulai menanam ribuan pohon, kebanyakan kayu jenis mahoni dan beberapa jenis kayu lokal,” tandas imam kelahiran Wela, Ruteng, Manggarai 2 Juni 1950 ini.
Tiga juta pohon
Tujuh tahun kemudian, usaha Romo Marsel meluas hingga Manggarai Barat, Labuan Bajo, dan Pulau Komodo. Ia menanam aneka ragam pohon di lahan-lahan tidur. Romo Marsel juga membagi bibit pohon kepada umat di paroki-paroki yang ingin turut serta melestarikan lingkungan di kawasan Manggarai Timur.
Saat ini Romo Marsel mengelola sekitar 20 hektar lahan yang tersebar di dua wilayah, yaitu Desa Gorontalo seluas delapan hektar dan Desa Batucermin seluas 12 hektar. Ia juga mengelola beberapa lahan di tempat lain sebagai lahan penghijauan. Tak terasa, sampai kini, Romo Marsel sudah menanam sekitar tiga juta pohon yang tersebar di tiga kabupaten, yaitu Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. “Upaya penghijauan ini juga dibantu warga dan umat. Hampir semua bibit pohon diberi secara cuma-cuma oleh warga dan umat,” demikian Romo Marsel.
Upaya penghijauan yang dilakukan Romo Marsel bersama warga menuai buah. Pada 2000, di Desa Batucermin muncul mata air yang kian membesar. “Ratusan warga pun bisa menikmati air bersih itu. Anugerah yang tidak ternilai, karena di sini sulit mendapatkan air bersih,” ujar imam yang ditahbiskan pada 22 Juni 1983 ini.
Sejak empat tahun lalu, Romo Marsel juga mulai membudidayakan kayu lokal agar tidak punah dari bumi Manggarai. Alumnus Seminari Tinggi St Paulus Ledalero, Maumere ini mengatakan, “Kami sudah mengusahakan 21 jenis pohon kayu lokal. Rencana, kota pariwisata Labuan Bajo dijadikan semacam laboratorium jenis kayu lokal ini.”
Bagi Romo Marsel, lingkungan sangat penting bagi hidup manusia sehari-hari. Campur tangan manusia terhadap lingkungan harus terus berjalan, senantiasa dipelihara serta dijaga. Menjaga lingkungan, lanjut Romo Marsel, merupakan wujud tanggung jawab generasi sekarang terhadap generasi yang akan datang. “Lingkungan sebagai bagian dari ciptaan-Nya harus dilindungi dan dijaga demi kelangsungan hidup generasi mendatang,” papar Romo Marsel
RP Marselinus Agot SVD
TTL : Wela, Ruteng, Manggarai, 2 Juni 1950
Tahbisan : 22 Juni 1983
Pendidikan :
• Seminari Menengah Pius XII Kisol, Flores
• Seminari Tinggi St Paulus Ledalero, Maumere
• Studi Teologi Dogmatik Universitas Gregoriana, Roma
Tugas :
• Dosen STKIP St Paulus Ruteng, Manggarai (1983-2005)
• Ketua STKIP St Paulus Ruteng, Manggarai (1988-1996)
• Ketua Pelaksana Yayasan Pendidikan St Paulus Ruteng, Manggarai (1996-2005)
Aprianita Ganadi
HIDUP NO.05 2014, 2 Februari 2014