Doa dan Puasa

189
[Ilustrasi: www.ids.org]

HIDUPKATOLIK.com Yes. 11:1-10; Mzm. 72: 2. 7-8. 12-13. 17; Luk.10:17-24

MASA Adven adalah masa pengharapan akan datangnya Emanuel, Raja Damai. Yes. 11:1 menggambarkannya sebagai “tunas yang keluar dari tunggul Isai, dan taruk, yang akan tumbuh dan berbuah dari pangkalnya”.

Yang menarik, kehadiran Raja Damai tersebut disertai dengan penghakiman atau penilaian nasib terhadap orang-orang lemah, yang didasarkan pada keadilan dan kejujuran, serta tidak menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan” (lih. Yes. 11:4-5).

Dasar fokus pada mereka yang miskin dan lemah itu, adalah bahwa di mata Allah, “darah dan nyawa mereka itu mahal” (lih. Mzm. 72:14). Pada Luk. 10:17-24, pemihakan kepada kaum marjinal ini sangat kentara, saat Yesus bersyukur kepada Bapa-Nya, atas hasil perutusan ke-70 murid-Nya.

Allah telah menyatakan karya-Nya bukan terutama bagi orang bijak dan pandai, tetapi kepada orang kecil (lih. Luk. 10:21). Melalui karya Ilahi kepada mereka yang terpinggirkan itulah, “para iblis takluk … dan Setan jatuh seperti kilat dari langit” (ay. 17).

Inilah wujud nyata dari “empat ucapan bahagia” pada Luk. 6:20-23: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, … yang lapar, … yang dibenci, dikucilkan, dan ditolak, …karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.”

Dimensi baru ditunjukkan Yesus, kesengsaraan kaum miskin dan lemah itu, merupakan bagian dari upaya untuk menafikan Kasih dan Kerahiman Allah. Di situ ada tangan-tangan Setan.

Kesengsaraan kemanusiaan tidak cukup hanya diperangi dengan analisis dan tindakan sosial, tetapi juga dengan doa dan puasa. “Jenis Setan itu tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa” (Mat. 17:21). Dalam tradisi Gereja, masa Adven juga merupakan masa doa dan puasa. Itulah yang ditunjukkan melalui warna ungu.

 

Henricus Witdarmono
M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini