HIDUPKATOLIK.com – Saya bertanya kepada sahabatku muslim dan ia menjawab dengan senyuman.
Apa yang kamu rasakan kalau tiba-tiba kawanmu yang beragama Kristen menanyaimu, “Apakah aku ini orang kafir?” Bagaimana kamu akan menjawabnya? Mungkin kamu akan mengalami dilema: kalau kukatakan kafir, bagaimanapun dia temanku. Tetapi kalau kukatakan tidak, realitanya dia tidak beriman Islam.
Begitulah perasaan seorang teman saya muslim ketika pertanyaan tersebut saya lontarkan kepadanya. Tidak mudah baginya untuk menjawabnya. Nah, lantas bagaimana jawabannya?
Sebelumnya saya ceritakan dulu latar belakangnya. Jumat sampai Minggu beberapa waktu lalu saya mengikuti sebuah acara yang luar biasa menarik bernama Student Interfaith Peace Camp (SIPC) Regional Jakarta di Cicurug, Sukabumi selama 3 hari dua malam, 19-21 Oktober 2018. Acara camp lintas iman ini diikuti sekitar 30 mahasiswa di mana separuhnya beriman Islam dan separuhnya beriman Kristen.
Kami datang sebagai orang yang asing satu sama lain. Hanya beberapa di antara kami yang sudah saling kenal karena kebetulan berasal dari kampus yang sama. Kami pun perlahan mulai saling mengenal seiring dengan berlangsungnya kegiatan ini.
Kegiatan ini menerapkan metode yang unik. Ada 12 nilai perdamaian yang ditawarkan kepada para peserta yang berbeda agama tersebut. Masing-masing nilai dijelaskan dengan dasar ayat-ayat Al-Quran maupun Alkitab. Metode seperti ini membuat kami sedikit mengerti ajaran kitab suci agama lain. Tak hanya itu, kami menjadi terbuka pada kebenaran yang ada dalam kitab suci agama lain.
“Oh ternyata agama lain tidak seperti yang saya duga selama ini,” kata Buyung, seorang yang tidak saya kenal sebelumnya dan tiga setelahnya, kami menjadi dekat. Hingga di pada hari ketiga, ada sesi “Islam bertanya, Kristen menjawab dan sebaliknya “Kristen bertanya, Islam menjawab”.
Kami dipersilakan untuk menanyakan apapun kepada teman yang beda agama. Kesempatan ini kami gunakan untuk meminta penjelasan atau klarifikasi langsung dari muslim.
Saya memang sudah lama ingin bertanya tentang konsep kafir kepada mereka. Dengan agak takut-takut dan khawatir menyinggung perasaan karena sadar ini hal sensitif, saya bertanya, “Bro, menurutmu, apakah aku yang Kristen ini termasuk kafir?”