Terus Maju
Rasa syukur mendalam tentu dirasakan para imam dan umat Keuskupan Palangka Raya dalam menyambut pesta perak ini. Pastor Bernadinus Penta bersyukur atas perjalanan Gereja Palangka Raya yang sudah 25 tahun ini. Ia melihat, perkembangan yang telah dicapai tidak saja hanya sebatas hal-hal fisik saja.
Perkembangan dalam iman pun semakin terlihat. Ia mengakui, perkembangan ini dapat dicapai karena adanya dukungan dari para katekis. ”Jadi tidak hanya para imam, namun para katekis juga berperan besar dalam perkembangan iman umat di Keuskupan Palangka Raya,” ungkap Ekonom Keuskupan Palangka Raya ini.
Pastor Penta melanjutkan, dengan berkembangnya banyak usaha perkebunan dan pertambangan, maka isu-isu lingkungan juga menjadi tantangan yang harus dicari jawabannya. Berhadapan dengan realitas ini, Gereja harus memiliki perhatian akan adanya kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan itu.
Tak dapat dipungkiri, sungai yang dulu jernih saat ini telah mulai tercemar. Pastor Penta juga melihat masyarakat yang terpaksa menjual tanahnya karena ada perusahaan perkebunan yang ingin menjadikan lahannya sebagai kebun sawit. ”Dengan kondisi ini mereka tidak lagi menjadi tuan di tanahnya sendiri.”
Perkembangan dalam usaha pertambangan dan perkebunan juga mendatangkan masalah lain, Pastor Penta mengungkapkan, banyak anak muda yang puas hanya dengan pendidikan menengah. Setelah lulus banyak dari mereka yang merasa cukup dengan bekerja di perusahaan-perusahaan itu, karena dengan begitu mereka akan cepat mendapatkan uang.
”Gereja Katolik Keuskupan Palangkaraya harus juga memperhatikan realitas-realitas semacam ini.” Dalam pembinaan anak muda, Eleonora Gandesa Putri mensyukuri bahwa di Keuskupan Palangka Raya selama ini mendapatkan aneka kemudahan. Eleonora bersyukur karena dibanding keuskupan lain, orang muda Katolik di keuskupannya dapat berkembang dalam iman.
”Saya melihat tantangan yang ada di keuskupan lain kadang tidak kami temui di Palangkaraya.” Eleonora melanjutkan, orang muda Katolik di Palangkaraya masih belum banyak terpengaruh budaya-budaya sekuler yang cenderung negatif. Oleh karenanya, mereka dengan mudah dapat mengembangkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan bersama di masyarakat.
Ia berharap, kondisi ini dapat terus dijaga, jangan sampai anak muda mudah terpengaruh dengan budaya modern yang negatif. Misa puncak 25 tahun ini adalah akhir dari rangkaian Pesta Perak Keuskupan Palangkaraya yang sudah dimulai setahun lalu.
Pada momen ini, Mgr Pioppo juga berkesempatan meletakkan batu pertama untuk Pembangunan Catholic Center yang terletak 10 km dari keuskupan. Di tempat ini rencananya juga akan dibangun kompleks ”Green Area untuk Eco-Pastoral”.
Antonius Eko Sugiyanto