Gereja Mandiri, Misioner, dan Peduli Lingkungan

1074

Mgr Sutrisnaatmaka mengungkapkan, setelah 25 tahun hidup bersama sebagai sebuah Gereja, saat ini Keuskupan Palangka Raya telah mengalami perkembangan pesat dari sisi sarana-sarana pastoral. Ia mencontohkan, saat ini telah dibangun kantor komisi dan tempat menginap, serta aula kecil di dalam kompleks keuskupan.

Pemotongan tumpeng 25 tahun Keuskupan Palangka Raya. [Dok.Pribadi]
Wisma Unio pun telah selesai dibangun sebagai tempat menginap dan tempat pertemuan. ”Saat ini keuskupan juga telah mengirim beberapa imam untuk studi lanjut dan kursus ke Manila dan Roma untuk melengkapi kuria dan petugas pastoral yang dituntut oleh Hukum Gereja, seperti adanya Tribunal.”

Sebagai salah satu sarana pewartaan, lanjut Mgr Sutrisnaatmaka, keuskupan juga membuat Radio Garantung yang saat ini masih menunggu kelengkapan izin. Untuk bidang kesehatan, keuskupan juga membuka Betang Pambelum Hospital yang dikelola bekerjasama dengan Awal Bros Grup pada 7 Juli 2018.

Akhirnya, Mgr Sutrisnaatmaka berharap Keuskupan Palangkaraya menjadi semakin mandiri, misioner, dan peduli lingkungan. Hal ini selaras dengan hasil Sinode Keuskupan Palangkaraya yang baru saja selesai dilaksanakan.

”Dalam pelbagai unsurnya, semua kegiatan akan diarahkan untuk mencapai tema dan hasil sinode itu.” Kehadiran Mgr Pioppo pada perayaan ini tentu saja membawa kebahagiaan bagi seluruh umat. Meski dengan bahasa Indonesia yang masih sangat terbatas, ia sesekali menggunakannya ketika berbicara.

Sesaat setelah Misa usai, ia bahkan sempat membuat kaget saat ia tiba-tiba mendatangi kelompok kor. Ia naik ke podium dirigen dan memandu kor menyanyikan lagu ”Maju Bersama”.

Dalam sambutannya, Mgr Pioppo menyoroti umat Katolik di Kalimantan Selatan yang hidup dan tumbuh di tengah keragaman. Di sini, umat berusaha untuk hidup bersama dengan umat dari beragam agama dan budaya. Dalam keragaman ini, dibutuhkan suatu keterbukaan untuk saling melengkapi dan menghormati. Sehingga, kebersamaan ini akhirnya membentuk sebuah harmoni.

Di dalam keragaman dibutuhkan semangat untuk saling menerima perbedaan. Gereja Katolik harus setia dalam mewartakan kasih dan persaudaraan di tengah keragaman. ”Saya merasa senang berada di sini, saya berharap umat akan semakin berkembang dalam iman dan persaudaraan.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini