Strategi Mengembangkan Pendidikan Kejuruan

471

Soemarsono ditemani para guru SMK Paramitha memotong tumpeng. [HIDUP/Willy Matrona]
Penelaah buku pertama, dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pasundan Bandung, Jajang Hendarwan, mengatakan, buku ini cocok menjadi pegangan akademis bagi para guru, dosen, atau pihak yang bertanggung jawab pada persoalan pendidikan, secara khusus kejuruan.

Buku ini menawarkan solusi alternatif dalam menghadapi perkembangan dunia saat ini. Faktanya, berdasarkan hasil penelitian Badan Pusat Statistik tahun 2017, sekolah kejuruan justru berkontribusi dalam menyumbang pengangguran terbesar di negeri ini.

“SMK tidak perlu pesimistis dalam menghadapi kenyataan seperti ini. Butuh kerja keras lagi. Paradigma SMK harus berubah, bukan lagi untuk menyiapkan tenaga kerja tapi menyiapkan lapangan pekerjaan,” bebernya.

Sementara penelaah kedua, Yanuari Marwanto, merasa miris, SMK yang seharusnya menyiapkan sumber daya manusia siap kerja serta turut berpartisipasi membuka lapangan pekerjaan, justru tingkat penganggurannya lebih tinggi dibanding SMA. Namun daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin.

Buku Soemarsono ini bisa menjadi “lilin” untuk menerangi persoalan sekolah kejuruan-sekolah kejuruan di Tanah Air. Selain memperbanyak praktek ketimbang teori, lanjut Yanuari, para siswa sekolah kejuruan perlu mendapat pendidikan moral seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab. “Karakter yang baik dan tangguh amat dibutuhkan dalam dunia kerja,” pungkasnya.

 

Willy Matrona

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini