Sementara itu di ruang misi, terdapat pelbagai macam benda yang digunakan sebagai penunjang karya para suster pada masanya. Seperti, uang dari pelbagai negara, peralatan kesehatan dan perbagai cinderamata atau souvenir.
Di sisi lainnya terdapat ruang audio visual, salah satu koleksinya berupa menologium Suster Emmanuel Harris. Selain itu, terdapat juga baju seragam para suster pada masa awal kedatangan para Suster Ursulin ke Indonesia yang kemudian sekitar 1965 mulai mengalami perubahan karena penggunaan bahan untuk menyesuaikan iklim di Indonesia.
Masih di ruangan ruang audio visual, juga terdapat catatan berupa daftar para suster yang meninggal pada 1856 sampai 1964. Daftar yang dimaksud, diawali oleh nama Suster Emmanuel Harris, dan 91 nama suster lainnya tertera di bawahnya. Tidak hanya itu, turut disajikan sejumlah foto makam para suster.
Angel kemudian mengajak kami ke ruangan kerja. Dipamerkan sejumlah buku harian para suster yang ditulis tangan dengan menggunakan Bahasa Belanda sejak 1856, meja dan lemari arsip kuno.
Tak jauh dari ruangan kerja terdapat ruangan kamar tidur. Disampaikan, hal tersebut sesuai dengan spiritual yang dianut yakni aktif kontemplatif. Mencerminkan salah satu kaul para suster yakni kemiskinan, pada ruang kamar tidur tersedia perabot sederhana. Terdapat tempat tidur, meja kursi, dan lemari baju berukuran kecil yang konon para suster kala itu hanya diizinkan membawa dua pasang baju dan dua pasang sepatu.
Di dalam ruang tidur ini juga terdapat sebuah koper yang menjadi saksi perjalanan jauh para suster menuju daerah misi baru yakni Hindia Belanda. Dengan memasuki ruang kamar tidur suster ini, kita dapat mengetahui adanya kebiasaan yang dibawa dari Eropa pada abad 18 yakni membasuh muka dengan menggunakan kendi dan wadah dari keramik.
Ruangan lainnya yang terdapat dalam Museum Santa Maria adalah ruangan galeri. Di ruangan ini dipamerkan pelbagai lemari kuno berisi peralatan kebutuhan pribadi, perlengkapan masak dan tata hidang yang digunakan para suster. Pelbagai koleksi dimaksud antara lain sendok garpu dengan ukiran nama setiap suster. Kebiasaan mencantumkan inisial suster pada sendok garpu tersebut kemudian ditiadakan sejak 1990.
Koleksi menarik lainnya pada ruangan galeri atau juga disebut rekreasi, adalah terdapat kotak penghangat. Sebuah kotak yang di dalamnya dilapisi seng dan berisi dua buah bantal ini, digunakan sebagai alat penghangat makanan dan minuman para misionaris. Pada ruangan yang nyaris bersebelahan langsung dengan area susteran ini, juga terdapat pojok Santo Yohanes Paulus II.