Isyarat Kemenangan Akhir

485

Malam mulai menjemput pagi. Jarum jam itu bergerak menuju angka dua. Satu pesan singkat masuk ke layar HP ku yang datang dari Rey.
“Udah larut malam emang ga apa-apa SMSan Stev?”
“Tidak apa-apa Rey,” jawabku.

Malam tetap sunyi dan SMS balasan lagi tak kunjung datang. Aku kembali merebahkan tubuhku dan mulai menutup mata. Tiba-tiba HP ku kembali berdering. Ia minta maaf karena lelap dalam keletihannya.

Ia pun menyambung ceritanya, “Tuhan Yesus itu baik Stev, Ia sangat menyayangiku. Aku mencoba bangkit dari kelemahanku dan ternyata Ia memberi rezeki kepadaku. Aku belajar peduli dengan anak-anak dan mengadopsi tiga anak. Dari situlah penyakitku itu kian sembuh,” ungkapnya sambil terhisak-hisak menahan sedih.

“Aku bahagia dengan itu Stev. Itulah kenyataan hidupku. Semangat dalam bertekun dibutuhkan. Satu hal lain lagi yang ingin kukatakan kepadamu, Stev….”
Aku penasaran dan bertanya, “Apa itu Rey?” sahutku memotong ucapannya.
“Kalau kamu liburan ke rumahku, akan kuajak kamu uji adrenalin, mau nggak?, kamu akan kuajak uji adrenalin di lintasan balap mobil, bagaimana, mau coba?”
Aku pun hanya terdiam.

Ia menyahut, “Stev, itulah yang sebenarnya ingin kusampaikan kepadamu, dunia balap itulah yang membuatku tahu realita hidup”.
Aku pun semakin bingung dibuatnya. “Jika kamu mau, duduk di sampingku aman…haa.haa.haa…”
Aku pun tak bisa memberi kepastian karena jadwalku begitu padat dan tugas-tugas kampus menumpuk nyaris tak tersentuh.

“Stev, satu hal lagi yang perlu kau ketahui, bahwa lewat balap mobil itu aku dapat beramal.”
“Oh, ya?” Tanyaku.
“Banyak orang kaya yang pongah di kota ini, yang enggan berbagi, eh…ajak race aja di lintasan balap, siapa menang dia boleh membawa mobil cuma-cuma. Puji Tuhan Stev, Tuhan bersabda ‘Imanmu sebiji sesawi saja, gunung batu bisa kaupindahkan, itu sangat aku akui Stev,” Ia meyakinkanku juga.

“Aku menang dua mobil bulan ini, aku bisa membiayai sekolah dan memberi sedikit rezeki ke panti jompo, biar minim jadi berkat, he..he..”
“Ssssstttt…, udah malam, belum ngantukkah Stev?, tanyanya padaku. “Bobok yuk? Udah larut malam lho..” tapi, bisakah aku lihat fotomu Stev, biar kita semakin akrab aja. Janji yang terbaru ya….?

“Lho, di kronologi Facebook-ku kan ada? Jawabku.
“Hahaha,” ia tertawa lepas dan tak menyadari akan hal itu.
Dua hari berikutnya, tak ada lagi kabar dari Rey.Lalu, kucoba membuka HP jadulku untuk menyampaikan refleksiku pagi itu. Sebuah pesan singkat aku kirimkan padanya.

“Lihatlah mentari pagi di ufuk timur itu. Ia berjuang dalam lintasannya. Ia bergerak menuju takhtanya yang meninggi dan turun tenggelam menuju peraduannya. Ia tak pernah gagal dan kembali berjuang dalam kebiasaannya. Itulah hidup yang harus diperjuangkan demi hidup itu sendiri”.

Tak lama kemudian HP-ku bergetar. “Stev, terima kasih. Aku akan selalu berjuang dalam hidup. Walau hidupku tak sempurna, banyak ombak besar, namun akan kubawa dengan ‘speed’ yang tinggi sambil tersenyum”.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini