Sempat Ditolak
Keberadaan Komunitas Gumul Juang tidak begitu saja di terima oleh masyarakat. Sebagaimana diungkapkan Bertin Yohanes Kurniawan begitu banyak tantangan yang dilalui. Sembari menunjukkan sebuah kaca yang pecah dilempar oleh orang yang tidak dikenal di Sekretariat Komunitas Gumul Juang, ia mengungkapkan bahwa kebaikan kadang tidak dapat diterima begitu saja.
Bertin menuturkan, kehadiran Komunitas Gumul Juang di tengah masyarakat sering dicurigai. Akan tetapi, komunitas ini tidak mau menyerah. Mereka terus berjuang dan mencoba mendekati masyarakat. “Komunitas Gumul Juang sangat pluralis dan terbuka bagi siapapun. Kami bukan milik sekelompok tertentu tapi milik orang-orang yang memiliki nurani terhadap realitas pinggiran.”
Kejadian itu bukan satu-satunya. Daniel mengingat, Komunitas Gumul Juang pernah juga diusir dari bantaran Kali Ciliwung, Bukit Duri, Jakarta Pusat. Ketika itu, beberapa anggota diancam dan diteror melalui SMS.
Beruntung, seminggu setelah kejadian itu, Komunitas Gumul Juang dipanggil oleh warga yang merasa kehilangan komunitas ini. Setelah ditelusuri ternyata warga yang mengusir mereka bukanlah warga setempat. Setelah itu, Komunitas Gumul Juang pun dapat melanjutkan aktivitasnya lagi.
Realitas orang-orang pinggiran sebenarnya tidak punya hubungan dengan penyebaran agama apapun. Itu adalah murni perjuangan kemanusiaan. Penolakan atas Komunitas Gumul Juang adalah pengalaman pahit yang berbuah manis. “Dengan cara seperti itu kami mampu mendengar denyut nadi kemiskinan dan orang-orang pinggiran. Selain itu memapah masa depan putra dan putri mereka dengan belajar.”
Willy Matrona
HIDUP NO.39 2018, 30 September 2018