Mengantar Melalui Doa

363

HIDUPKATOLIK.com – Mengapa orang Katolik mendoakan arwah orang yang telah meninggal? Pertanyaan seperti ini sering kita dengar. Entah dari orang Katolik sendiri maupun orang yang bukan Katolik. Pertanyaan lanjutan yang biasanya mengemuka adalah mengapa orang Katolik mempunyai tradisi berdoa di makam? Atau mengapa mengikuti tradisi Misa tiga hari, Misa tujuh hari, Misa empat puluh hari, Misa seribu hari, dan wujud doa pada hari Minggu bagi yang sudah meninggal, dan seterusnya. Secara khusus pula, Gereja mengadakan Peringatan Arwah Semua Orang Beriman setiap tanggal 2 November sehari setelah Hari Raya Semua Orang Kudus. Pada Peringatan Arwah, di sejumlah gereja, umat dihimbau membawa foto-foto anggota keluarga yang telah meninggal dunia ke gereja untuk didoakan.

Menjawab pertanyaan di atas, mari kita melihat Konsili Vatikan II (KV II), Konstitusi Dogmatis tentang Gereja No 51. Dikatakan demikian, “Itulah iman yang layak kita hormati, pusaka para leluhur kita: iman akan persekutuan hidup dengan para saudara yang sudah mulia dan di surga, atau sesudah meninggal masih mengalami pentahiran.” Jauh sebelum KV II, Paus Leo XIII tahun 1902 mengenai hal yang sama mengajarkan begini, “Mereka semua ini membentuk satu tubuh, yang kepalanya adalah Kristus dan yang prinsip utamanya adalah kasih.

Iman mengajarkan bahwa meskipun kurban agung hanya dipersembahkan kepada Tuhan saja, namun demikian kurban dapat dirayakan dalam rangka menghormati para kudus yang sekarang berada di surga bersama Allah, yang telah memahkotai mereka, guna memperoleh perantaraan mereka bagi kita, dan juga, menurut tradisi apostolik, guna menghapus dosa-dosa saudara-saudara yang telah meninggal dalam Tuhan namun belum sepenuhnya dimurnikan.” Kita juga bisa merujuk kepada sumber iman kita, Perjanjanjian Lama. Dalam Kitab Makabe dikatakan, “Mereka pun lalu mohon dan minta, semoga dosa yang telah dilakukan itu dihapus semua” (12:42) dan “Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka (12.45)”

Bila kita mengacu pada ajaran Paus Leo tadi, dengan terang disampaikan bagaimana relasi rohani, relasi iman, antara kita yang masih beziarah di dunia ini dengan mereka yang telah dipanggil mendahului kita. Rasul Paulus kepada umat di Roma 8: 38-39 mengatakan, “Sebab aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang atau kuasa-kuasa, tidak akan dapat memisahkan kita dari kuasa Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”

Uskup dan Pujangga Gereja, Santo Ambrosius mengatakan, “Kita mengasihi mereka semasih mereka hidup; janganlah mengabaikan mereka setelah mereka meninggal, hingga kita menghantar mereka melalui doa-doa kita ke dalam rumah Bapa.”

HIDUP NO.44 2018, 4 November 2018

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini