Tokoh Agama Maluku Bicara Persaudaraan di Gunung Nona
Melanjutkan pesan Abdullah, Pendeta Werinussa mengatakan bahwa Pesparani adalah rahmat bagi orang Maluku. Pesparani adalah obat mujarab bagi penyakit intoleransi yang pernah mengakibatkan Maluku hancur. Dalam konteks ini, Werinussa setuju bahwa Pesparani adalah wajah baru Indonesia yang sebenarnya.
Ia pun berharap agar spirit kebangsaan ini harus berakar dalam hati setiap masyarakat Indonesia. “Pesparani harus memberi spirit baru. Membuat kita semua hidup dalam kebebasan tanpa curiga. Pesparani harusnya membuat kita tidak saling curiga,” pesan Werinussa.
Sementara itu, Jeuwarissa menambahkan bahwa Pesparani sebenarnya menampilkan karakter orang Maluku sebenarnya. Menurutnya orang Maluku selalu cinta damai dan tak mau hidup dalam tekanan.
Maluku sendiri, kata Jeuwarissa, selalu berusaha agar hidup dalam situasi damai dan tenang. “Pesparani adalah cara baru dalam menanggapi rasa damai itu. Inilah persaudaraan yang sebenarnya sedang terbentuk di Ambon. Dengan Pesparani ini ada harapan bahwa persaudaraan tetap berakar dalam hidup sehari-hari,” ujarnya.
Tak jauh berbeda dengan Jeuwarissa, Nyoman menjelaskan bahwa sejak ide Ambon menjadi tuan rumah, pihak Hindu sudah memberikan penjelasan kepada seluruh umatnya bahwa kegiatan ini tidak saja milik agama Katolik tetapi pesta seluruh kaum beriman Kristiani. “Saya selalu mengatakan kepada daerah-daerah bahwa kita menjadi tuan rumah nasional Pesparani. Saya tidak menggunakan kata mereka karena bagi saya kata kita adalah merujuk kepada seluruh agama khususnya Hindu,” ungkapnya.
Dalam suasana persaudaraan itu, Adrianus Eliasta menjelaskan soal kehadiran LP3KN sebagai lembaga yang baru dibentuk. Lepas dari itu, Adrianus mengapresiasi segala kegiatan yang sudah berlangsung di Kota Ambon khususnya dalam acara pembukaan. Ia meminta agar kegiatan Pesparani ini kiranya menjadi awal kebangkitan bagi persaudaraan antar umat beragama.
Yusti H. Wuarmanuk (Ambon)