Ikut Memberdayakan Ekonomi Umat

894

HIDUPKATOLIK.com – Pemberdayaan umat di bidang ekonomi bagi Gereja Katolik sesungguhnya bukanlah hal baru. Hampir di seluruh dunia, sektor ekonomi menjadi perhatian Gereja (baca: hierarki). Adanya Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (Delegasi Sosial Ekonomi) di setiap keuskupan dan paroki menjadi bukti tak terbantahkan. Hingga kini komisi ini masih menjadi ujung tombak dalam upaya-upaya konkret Gereja membantu kalangan umat tertentu dalam pengembangan atau pemberdayaan ekonomi. Manfaatnya pun cukup besar. Baik untuk kalangan umat sendiri maupun paroki/keuskupan dalam menggerakkan roda pastoral. Kita tahu bahwa untuk kegiatan pastoral pun dibutuhkan dana yang tidak sedikit.

Manakala gerakan pemberdayaan ekonomi pada zaman ini terus bergema, hal itu merupakan suatu keharusan. Kaharusan untuk menjawab tantangan kebutuhan dan kehidupan umat pada level ekonomi tertentu entah petani, nelayan, pekerja, buruh, dan lain-lain. Realitasnya, masih banyak umat kita yang secara ekonomi, mengalami kesulitan di perkotaan atau di pedalaman. Khususnya di pedalaman, minimnya penghasilan umat secara otomatis akan berpengaruh pada reksa pastoral. Tentu saja, seorang imam (misionaris) yang melayani di pedalaman bukan untuk mengejar (mengharapkan) kolekte pun stipendium yang besar dari umat. Di titik ini pula, di satu sisi, tantangan bagi para pelayan pastoral di pedalaman (pedesaan) untuk terjun memberdayakan umat dengan berbasis pada aset yang dimiliki umat setempat. Di sisi lain, para pelayan pastoral perlu memikirkan alternatif atau peluang baru yang bisa digerakkan untuk menumbuhkan semangat umat agar lebih giat bekerja, saling membantu, berjejaring, dan berkolaborasi.

Gerakan mendirikan koperasi simpan pinjam (CU) yang selama ini telah dijalankan dengan sangat baik di sejumlah keuskupan di Indonesia adalah peluang yang sangat besar untuk menggerakkan roda perekonomian umat. Dan, di dalamnya nilai-nilai Kabar Gembira diwartakan : saling menolong, memberi dan menerima (ekonomi berbagi), berkorban dan berpartisipasi, kerja keras, yang kuat menolong yang lemah, dan lain sebagainya.

Bahwasanya di sejumlah keuskupan atau paroki terdapat upaya-upaya konkret dalam pemberdaayan umat dalam bidang ekonomi pantas kita dukung dan diberi apresiasi. Bahkan ke depan, pemberdayaan ekonomi menjadi lahan yang subur untuk pewartaan. Apalagi pemberdayaan tersebut mengikutsertakan pihak lain (baca: umat beragama lain) untuk terlibat di dalamnya.

Menanamkan kesadaran akan pentingya merawat dan memelihara sumber daya alam sangat tepat dilakukan melalui pendekatan pastoral ekonomi ini. Alam ciptaan Allah ini harus kita jaga bersama kendati di dalamnya pelbagai macam kegiatan ekonomi dikerjakan. Segala macam kegiatan pemberdayaan perlu memikirkan keadilan dan keutuhan ciptaan. Kiranya tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek. Pastoral berbasis ekomi perlu memperjuangkan nilai-nilai luhur yang secara jelas disampaikan dalam Kitab Suci maupun ajaran (magisterium). Dengan kata lain, pemberdayaan ekonomi umat harus berpegang pada prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Gereja.

HIDUP NO.43 2018, 28 Oktober 2018

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini