HIDUPKATOLIK.com–Ditengah maraknya unggahan selebgram dengan tubuh mereka yang aduhai dan kecantikan yang membuat pria manapun memalingkan wajah dua kali, masih ada seorang pria yang memilih pasangan hidupnya tanpa melihat rupa.
Dewasa ini, generasi muda banyak menilai penampilan luar sebagai ukuran utama dalam mengasihi orang lain. Apakah ini adalah naluri manusia untuk menilai seseorang dengan apa yang dilihat oleh mata telanjang mereka? Kecenderungan ini pun juga dikisahkan dalam Perjanjian Lama ketika Daud diabaikan oleh ayahnya untuk dipilih sebagai Raja karena perawakannya kurang mendukung. Namun, Tuhan Allah berkata lain:
Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” (1 Sam 6:17)
Firman Tuhan ini menuntun kita kepada kebenaran bahwa meskipun dunia melihat rupa, tetapi kita dituntun oleh Allah untuk menilai seseorang dengan melihat jauh ke dalam hati. Mungkin pesan ini juga sangat cocok digambarkan oleh kisah seorang pemuda asal Ceara Brasil bernama Edmilson Alcantara.
Ia memiliki mata kontemplatif, seperti yang didengungkan Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo, yakni melihat jauh ke depan tanpa melihat apa yang disajikan dengan mata telanjang. Ia begitu memahami hati Tuhan dengan memberikan komitmenya untuk mengasihi seorang gadis yang bagi dunia semarak kecantikan lahiriah pun tak ada.
Dunia dihebohkan dengan keputusan pemuda berusia 23 tahun, Edmilson yang memutuskan bertunangan dengan pacarnya yang berusia 28 tahun, Karine de Souza. Permasalahannya bukan terletak pada usia namun mengetahui penyakit kulit yang diidap Karine. Walaupun demikian, ia tidak pernah ragu untuk bertunangan dengannya.
Penyakit kulit langka yang diidap Karine atau bahasa medis menyebutkan sebagai ‘Xeroderma Pigmentosum’ telah menjadi batu sandungan bagi hubungan sosial Karine. Penyakit yang disinyalir memiliki kepekaan ekstrim terhadap sinar ultaraviolet (UV) ini mampu menyebabkan depigmentasi dan lesi kulit saat bersentuhan dengan cahaya. Penelitian pun menyebutkan penyakit jenis ini belum ada obatnya.
Dalam kasus Karine sendiri, seluruh luka itu telah menyebar diseluruh tubuhnya bahkan wajahnya. Banyak orang dalam tahap ini akan memiliki kepercayaan diri rendah dan cenderung menghindari kontak dengan orang lain.
Namun berbeda dengan Karine, penyakitnya tidak menghentikan dia untuk menjalani hidup normal karena ia berpegang teguh kepada penyelenggaraan Allah. Karine sangat sadar bahwa lingkungan di sekitarnya menilainya dengan penampilannya yang tak sedap di pandang, tetapi ia menaruh kepercayaan dirinya kepada Allah sendiri. Hal inilah yang membuat Edmilson jatuh hati kepadanya. Rahmat mencintai melampaui apa yang dilihat mata membawanya semakin dekat dengan Karine.
Kisah keduanya ini dikenal dunia maya kala pemilik usaha fotografi, Daniel Panisson menggungah tulisan di laman Facebooknya yang berbunyi: “Pernahkan anda merasakan cinta? Pernahkah Anda berpikir tentang memberikan cinta yang besar? Pernahkah Anda peduli tentang penampilan dan lupa untuk mengkhawatirkan perasaan? Kemudian saya mengajak Anda untuk merasakan dan menghidupkan kisah Karine dan Edmilson. Sebuah kisah yang begitu indah dan inspiratif yang akan membangkitkan rasa kehidupan yang paling indah di dalam diri Anda.
Di dunia di mana penampilan lebih penting daripada perasaan, mereka bertemu bukan secara kebetulan. Pertemuan itu adalah pertemuan jiwa, di mana penerimaan akan karakter dan cinta muncul ketika jiwa mereka bertemu dan hari ini mereka adalah inspirasi bagi begitu banyak orang yang tidak percaya diri, dalam hidup dan khususnya dalam cinta.
Karine De Souza, dari Fortaleza, didiagnosis dengan ‘xeroderma pigmentosum’, penyakit langka, genetik, tidak menular yang tidak memiliki kesempatan untuk sembuh. Penyakit ini menciptakan luka melalui kontak dengan sinar ultraviolet. Tapi untuk Edmilson dari Ceará. Penyakit itu tidak menghentikan kisah cinta yang indah.
cinta pasangan ini telah membawa saya pada kedamaian dan banyak inspirasi bagi jiwa. Penerimaan, perlindungan dan semua kasih sayang yang terlibat di antara mereka berdua, telah membuat saya melihat bahwa cinta tidak hilang.
Penerimaan Karine akan kondisinya membuat saya melihat betapa tidak bergunanya kita untuk mengeluh. Saya hanya bertanya satu hal, bersyukur setiap hari untuk menjadi siapa Anda. Berhenti mengeluh karena menjadi dirimu sendiri. Rangkul hidup, dan terima. Terima kasih banyak telah mengajari saya begitu banyak. Kalian luar biasa. Anda adalah harapan yang kurang dalam banyak orang. Terima kasih untuk pelukan yang kuat, dan untuk hari yang indah kita hidup bersama. Aku membawa senyummu bersamaku selamanya. ”
Felicia Permata Hanggu
Disadur dari Christel Berns Villariza