Rela Memberikan yang Terbaik

834
Penyerahan buku Falsafat Burung Tattiu’ kepada Mgr Piet Boddeng Timang oleh tim penulis. [Budi Hartono]

HIDUPKATOLIK.com Merefleksikan HUT ke-80 tahun Keuskupan Banjarmasin, umat diminta hidup sesuai arah dasar keuskupan.

FALSAFAH Burung Tattiu’, demikian judul sebuah buku biografi Uskup Banjarmasin Mgr Petrus Boddeng Timang yang baru dibedah dan diluncurkan di Aula Sasana Sehati, Paroki Keluarga Kudus Katedral Banjarmasin, Jumat, 12/10.

Buku ini berisi kumpulan tulisan dari beberapa orang tentang Mgr Timang. Kegiatan ini adalah satu dari beberapa kegiatan yang dilakukan dalam rangka HUT ke-80 Keuskupan Banjarmasin. Perayaan ini juga bertepatan dengan 10 Tahun Tahbisan Episkopal Mgr Timang, 10 Tahun Pemberdayaan Meratus, dan Lima Tahun Sinode Keuskupan Banjarmasin.

Dari keseluruhan buku, satu kesan yang dapat ditarik dari sosok Mgr Timang adalah kesederhanaannya. Para penulis bercerita, ibunda Mgr Timang kerap mendongeng tentang tedong (kerbau) dan burung tattiu’. Unggas kecil itu biasa biasa bersarang pada batang padi di sawah. Dalam kesehariannya, burung tattiu’ itu biasanya hinggap di punggung kerbau yang sedang merumput atau berendam di sawah.

Melalui kisah tersebut, tersirat budaya saling tolong menolong tanpa ada yang terbebani. Di antara dua binatang itu terjadi kerjasama yang saling menguntungkan, tanpa memandang besar kecilnya tubuh. Dengan kata lain, “kecil” tidak berarti tidak bisa menjadi sumber berkat bagi sesama.

Sedangkan “besar”, tidak berarti tidak membutuhkan bantuan pihak lain. Cerita ini seakan merangkum perjalanan pelayanan Mgr Timang. Salah satu penulis, Marselius Rombe Baan mengungkapkan, Mgr Timang adalah sosok yang cerdas, pintar, dan punya visi yang jelas. Kesederhanaan, lanjut Marcelius menjadi warna yang langsung dapat ditangkap dari sosok sang uskup.

Sementara itu Rektor UIN Antasari Banjarmasin, H. Mujiburrahman mengatakan, dokumentasi hidup Mgr Timang memberikan kontribusi dan sumbangan yang berarti bagi kemajuan suatu masyarakat.

Ada berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka memeriahkan peringatan ini. Pemberkatan Gereja Katolik St Gregorius Agung Gendang dan Paroki St Vincensius a Paulo Batulicin, Minggu, 7/10; temu akbar pemimpin umat Keuskupan Banjarmasin di Aula Sasana Sehati, Sabtu, 13/10.

Pertemuan sehari ini menghadirkan pembicara Sekretaris Eksekutif Komisi Karya Misioner Konferensi Waligereja Indonesia Pastor Markus Nur Widipranoto dan Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Banjarmasin Pastor Antonius Bambang Doso Susanto.

Tema yang diusung adalah “Pergi Jugalah Kamu ke Kebun Anggurku” (Matius 20:4a), mengingatkan para pengurus dewan pastoral paroki harian, ketua wilayah, ketua stasi, dan ketua komunitas akan tugas mereka sebagai tombak pastoral.

Mereka diharapkan semakin terlibat dan bersemangat dalam tugas pelayanan. Lewat pertemuan ini, mereka mendapatkan bekal sebagai pemimpin umat dan menjalin persaudaraan dalam tugas dan karya.

Berbagai rangkaian perayaan sukacita ini dipuncaki dengan Misa Syukur HUT ke-80 Keuskupan Banjarmasin di Gedung Sultan Suriansyah Banjarmasin, Minggu, 14/10. Misa yang dipimpin Mgr Timang ini juga dihadiri oleh Uskup Agung Samarinda Mgr Yustinus Harjosusanto MSF dan Uskup Palangkaraya Mgr A.M. Sutrisnaatmaka MSF, serta imam dari berbagai terekat.

Dalam homilinya, Mgr Timang mengajak seluruh umat untuk selalu siap sedia menghadapi segala tantangan sesudah 80 tahun. “Dalam usianya yang ke-80 tahun, keuskupan ini sudah mempunyai tiga anak. Keuskupan Agung Samarinda adalah anak pertama yang lahir pada bulan April 1955.

Kemudian lahirlah anak kedua yaitu Keuskupan Palangkaraya pada tahun 1993 yang pada tanggal 21-22 Oktober mendatang genap merayakan pesta 25 tahun. Selanjutnya lahir pula Keuskupan Tanjung Selor,” ucap Mgr Timang. Menurut Mgr Timang, dari segi usia, Keuskupan Banjarmasin sudah sukses, namun masih ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh seluruh komponen umat di keuskupan ini.

“Apakah yang sudah kita berikan kepada Tuhan dan masyarakat seturut apa yang disampaikan dalam Arah Dasar Keuskupan Banjarmasin? Apakah kita sudah rela untuk memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki sebagai tanda syukur kepada Allah?” ujarnya.

 

Dionisius Agus Puguh Santosa (Banjarmasin)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini