HIDUPKATOLIK.com – Tahun ini peringatan 100 tahun stigmata dan 50 tahun wafatnya St Pio. Belajar setia dalam derita bersamanya.
SEORANG biarawan Kapusin berjenggot putih lebat berjalan tertatih menuju bilik pengakuan Gereja Our Lady of Grace di San Giovanni Rotondo, Italia. Nafasnya begitu berat menahan sakit yang di derita dalam tubuhnya.
Sejak 5 Agustus 1918, Padre Pio OFMCap (bernama asli Francesco Forgione) menerima luka-luka Kristus yang pertama dalam bentuk tikaman tombak di lambungnya. Stigmata ini pun berlanjut dan sekujur tubuhnya dipenuhi luka-luka khas sengsara Kristus.
Tercatat setiap hari, Padre Pio kehilangan satu cangkir darah dan luka-lukanya itu tak pernah menutup ataupun bertambah parah. Anehnya, luka-luka itu tidak berbau amis darah melainkan harum semerbak.
Kisah kekudusan Padre Pio yang berjuang dalam penderitaan fisik dan batin pun menelurkan banyak inspirasi bagi umat beriman di seluruh dunia. Komunitas Sahabat Padre Pio (KSPP) menjadi salah satu kelompok doa yang mendevosikan diri kepada Santo yang memiliki rahmat membaca hati para peniten.
Tahun 2018 menjadi momen istimewa bagi KSPP karena peringatan stigmata orang kudus asal Pietrelcina, Italia berusia seabad. Memperingati 100 tahun stigmata dan 50 tahun wafatnya St Pio, KSPP menyelenggarakan Triduum (berdoa selama tiga hari) di Gereja St Fransiskus Asisi, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat- Minggu, 12-14/10/2018.
Perayaan dibuka dengan Misa Adorasi Penyembuhan bersama Kepala Paroki Tebet Damian Doraman OFMCap, Moderator KSPP Pastor Nobertus Desiderius OFMCap, Sekretaris Jenderal Kapusin Pastor Luciano Lotti OFMCap, dan didampingi Pastor Nicola Monopoli OFMCap serta Pastor Gabrielle Antonelli CP sebagai penerjemah.
Selama Misa, relikui St Pio berupa kain yang menutupi luka-luka stigmata dipajang. Setelah itu, umat diberkati dengan relikui tersebut. “Relikui ini adalah hadiah yang diberikan oleh para pastor Kapusin kepada seluruh umat Katolik di Indonesia. Kita berdoa di hadapan relikui ini agar Padre Pio berdoa bagi kita sekaligus mengatakan kepada Padre Pio agar mampu memikul salib,” ujar Pastor Luciano bersemangat.
Pastor Kapusin yang pernah bertemu dengan Padre Pio semasa kecilnya ini menceritakan bahwa banyak orang begitu tertarik dengan visiun (penglihatan rohani) dan keajaiban Padre Pio. Bahkan banyak orang yang meminta doa kepadanya agar segera dilepaskan dari penderitaan.
Padre Pio yang setia berkanjang dalam penderitaan ini pun berkata, “Belum ada satu orang pun yang meminta dukungan doa saya agar dimampukan memikul salib.” Menurut Pastor Luciano rahmat yang diperoleh Padre Pio diberikan karena semata-mata ia mau memikul salib.
“Maka sebenarnya… Padre Pio ingin mengatakan kepada kita apabila Anda menderita, ingatlah bahwa Yesus bersamamu. Jangan takut melihat salib. Yesus bersamamu sangat dekat saat kamu menderita,” ungkapnya.
Pastor Damian turut bersyukur atas peringatan Triduum ini. Baginya, kehadiran KSPP di Paroki Tebet menjadi tanda bahwa Kristus selalu rindu agar murid-Nya terus mengambil bagian dalam salib. “Kehadiran KSPP bak makanan yang menawarkan gizi rohani sehingga paroki ini menjadi sangat kaya dalam spiritualitas. Saya yakin anggota KSPP berani memberikan dirinya untuk Gereja dan mati untuk Kristus.”
Felicia Permata Hanggu