HIDUPKATOLIK.com – Ef. 2:1-10; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 12: 13-21
PADA usia 30 tahun, novelis Elizabeth Gilbert (49) sudah memiliki semuanya. Tetapi hidupnya tidak pernah tenang. Ia pun bercerai. Namun, justru setelah perceraian, hidupnya semakin kacau. Ia lalu meninggalkan semua comfort zone-nya, dan pergi menjelajahi dunia guna menemukan jati dirinya.
Elizabeth memang menemukan kebahagiaan makan di Italia dan kekuatan doa di India. Namun yang tak terduga, ia justru akhirnya menemukan kedamaian batin dan keseimbangan cinta sejati di Bali. Penjelajahan batin ini lalu diterbitkannya dalam bentuk memoir: Eat, Pray, Love.
Kisah berbeda “Orang Kaya yang Bodoh” (Luk. 12: 16-21). Seperti Elizabeth, si kaya yang bertahun-tahun menimbun harta itu, juga mulai dengan “beristirahat, makan, dan minum” (ay. 19). Namun, si kaya itu tidak mengakhirinya dengan “doa dan kasih”, tetapi dengan “bersenang- senang”.
Apa hasilnya? Yesus berkata: “Firman Allah: Hai orang bodoh, pada malam ini juga, jiwamu akan diambil, … dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?” (ay. 20).
Doa sebagai penyerahan iman kepada Allah serta kasih sebagai wujud iman kepada-Nya, merupakan inti kekristenan. Iman tanpa kasih itu mati, “sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan” (Yak. 2:24 dan 17).
Di sini, kasih adalah roh dan jiwa kekristenan. Roh kasih itu bukan berasal dari kita, tetapi berasal dari Allah. Kasih yang aktif itu adalah Inkarnasi Kristus! (lih. Yoh.13: 34-35).
Henricus Witdarmono
M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia