Tradisi Sunat

452
HIDUP ED 41_Renungan Harian

HIDUPKATOLIK.com – Gal. 4:31b-5:6; Mzm. 119:41,43,44,45,47,48; Luk. 11:37-41

TRADISI Yahudi, khususnya kaum Farisi, sangat memperhatikan aturan-aturan lahiriah, seperti mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan. Jika tidak, dia dikatakan najis. Yesus melawan pandangan seperti itu. Tradisi tidak boleh mengabaikan aspek yang paling penting yakni kualitas hati yang murni.

Yesus menghendaki agar apa yang tampak di luar, mewakili apa yang tersembunyi di dalam hati. Penampilan lahiriah, menggambarkan aspek kedalaman hati kita. Seiring dengan pandangan Yesus, Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, menolak “sunat” yang sangat diutamakan dalam tradisi Yahudi daripada iman kepada Kristus yang bersumberkan “kasih”.

Bagi Paulus, kasih Allah juga dicurahkan kepada orang-orang yang tidak bersunat, asalkan percaya dan melaksanakan Firman Tuhan. Baginya, tradisi tidak boleh membatasi orang untuk menjadi murid Kristus.

Dalam kehidupan bermasyarakat, sering adat istiadat memenjarakan orang dalam kesempitan hidup. Di beberapa tempat, misalnya: orang yang sudah dibaptis masih lebih mengutamakan adat kebiasaan kawin adat daripada Sakramen pernikahan.

Mampukah kita memurnikannya?

 

Sr. Dr. Grasiana, PRR
Doktor Teologi Biblis dari Pontificio Univeritas St. Tomas Aqinas Angelicum Roma

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini