Pacar Belum Mapan

581

HIDUPKATOLIK.com – Shalom Romo. Saat ini saya sedang bingung. Saya sudah punya pacar dan kami sudah berhubungan selama hampir enam tahun. Saya berusia 25 tahun dan pacar saya 27 tahun. Tetapi hubungan kami masih belum mendapat restu dari keluarga saya karena pacar saya belum mapan. Saat ini, ada pria lain yang mendekati saya. Dia mapan dan juga sangat baik. Apakah saya salah jika memilih pria kedua ini? Karena hubungan saya dan pacar belum ada kejelasan. Terima kasih, Romo.

Tina, Jakarta

Yang terkasih Sdri Tina. Semoga engkau dalam keadaan baik. Masa pacaran memang bisa diibaratkan dengan masa perkenalan. Ikatan yang mengharuskan kalian berdua bersatu dalam perkawinan memang belum ada. Dalam arti inilah, engkau lebih bebas dan leluasa untuk memilih dan menentukan mana yang engkau anggap terbaik untuk menjadi pendampingmu seumur hidup. Tidak ada peraturan khusus atau ajaran resmi Gereja yang mengatur masa pacaran. Demikian juga, mengingat usiamu, restu keluarga meskipun baik adanya bukanlah sesuatu yang esensial. Engkau berhak menentukan jalan hidupmu sendiri atas pertimbangan dan kebijaksanaanmu sendiri.

Dalam mengabulkan permohonan pernikahan pun Gereja tidak pernah melibatkan restu orangtua sebagai hal penentu, kecuali bila pasangan yang hendak menikah itu belum cukup umur atau masih sangat muda usianya.

Meskipun ada kebebasan dalam memilih pacar, memilih atau menentukan pasangan (pacar) di sini tidaklah sama dengan memilih barang. Engkau sedang berhadapan dengan sesamamu manusia. Di dalam masa ini, engkau sedang belajar berkomitmen dengan orang lain yang mungkin menjadi pendampingmu. Oleh karena itu, prinsip menghormati atau menghargai orang lain tetap berlaku. Hormatilah orang lain sebagai pribadi, bukan sebagai barang. Dari segala tingkah lakumu terhadap pacarmu dalam masa pacaran, dapat engkau tarik kesimpulan “demikianlah engkau selanjutnya dalam menghargai orang lain sebagai teman hidupmu”.

Dari kisah yang engkau utarakan di atas, rupanya engkau membandingkan antara pacar pertama (A) dan pacar kedua (B) dari sudut kemapanan ekonomis? Saya bisa salah menilai. Namun, jika demikian adanya, engkau sedang mendasari keputusan untuk menikah kelak pada dasar yang sangat rapuh. Apakah ada jaminan bahwa kemapanan ekonomisnya sekarang akan berlangsung terus seumur hidupnya? Jika memang ada jaminan demikian, pertanyaan selanjutnya adalah apakah kemapanan ekonomislah yang menjadi alasan utama engkau memilih dia? Jika demikian, engkau tidak benar-benar mencintainya sebagai pribadi, bukan? Di manakah letak cinta sejati dalam hubungan kalian berdua kelak?

Salah satu hal yang paling penting dalam perkawinan dalam bahasa hukum Gereja adalah konsensus. Ini dapat kita artikan dalam bahasa sehari-hari: adanya kasih murni di antara keduanya. Singkat kata, apakah engkau mencintai dia sebagai pribadi atau tidak? Pertanyaan ini harus engkau jawab dengan jujur. Sudah banyak problem rumah tangga terjadi hanya karena orang-orang yang hendak menikah tidak menjawab pertanyaan ini dengan jujur dan dengan gegabah memasuki bahtera rumah tangga.

Saudari Tina, saya tidak boleh memberikan jawaban untuk pertanyaanmu. Engkau sendiri yang harus menjawab pertanyaan ini. Melihat usiamu, saya mengandaikan engkau sudah cukup dewasa untuk menjawab pertanyaan yang menentukan hidupmu ini. Berdoalah mohon penerangan pada Allah Roh Kudus, Sang Sumber Cinta, Roh Cinta Bapa dan Putra. Mohonlah kepada-Nya untuk mengajar engkau bagaimana harus mendasari segala hal dalam hidupmu dengan cinta.

Dr Benny Phang Ocarm

HIDUP NO.13 2014, 30 Maret 2014

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini