Tak ketinggalan, disajikan pula permainan angklung aransemen Jose Christian, salah seorang pemusik Mia Patria; dari simponi terkenal berjudul Eine Kleine Nachtmusik, yang merupakan karya besar Komposer Wolfgang Amadeus Mozart tahun 1787.
Selain menyajikan rangkaian musik Bhinneka, Mia Patria juga mengisi Bhakti Liturgi di beberapa Gereja di Eropa dengan lagu-lagu Misa bernuansa Nusantara yang diiringi musik Bhinneka. Itulah sebabnya, mereka pun membawa serta segala instrument/ alat musik daerah yang diperlukan dalam lawatan budaya ini.
Didasari pada keyakinan yang sering dilontarkan Putut pada anggotanya bahwa “berkah itu tidak akan datang dengan sendirinya, tetapi harus kita songsong dengan upaya dan doa”, maka guna menyokong kegiatan dan persiapannya sebelum keberangkatannya ke Eropa, hampir setiap Sabtu dan Minggu Mia Patria bekerja keras menggalang dana.
Dengan upaya yang tulus, mereka melakukan beberapa pentas budaya serta Bhakti Liturgi keliling Gereja di beberapa paroki di wilayah Keuskupan Agung Jakarta seperti di Gereja St Kristoporus, Grogol, St Lukas-Sunter, Hati Kudus- Kramat Raya, Belarminus-Cililitan, Paskalis-Cempaka Putih, Kapel Polikarpus-Grogol, St Theresia Menteng dan terakhir ke Gereja St Yakobus Kelapa Gading.
Sungguh karya Tuhan memang ajaib dan tak terselami, dengan kerja keras selama sekitar dua bulan tersebut, Mia Patria pun bisa berangkat ke tanah impian, menjejakkan kaki di pelataran tanah Suci Vatican, bahkan menyanyi di hadapan Bapa Suci Paus Fransiskus serta puluhan ribu pengunjung yang memadati lapangan St Pieter untuk mengikuti Audiensi Umum.
Tak tanggung-tanggung, berkat diplomasi Duta Besar Indonesia untuk Tahta Suci, Agus Sriyono, seperti tahun-tahun sebelumnya, Mia Patria kembali mendapatkan bangku terdepan yang hanya berjarak sekitar 50 meter dari tempat duduk Bapa Suci. Satu lagi kesempatan langka yang kami dapatkan adalah selama da petang berturut-turut, kami boleh bernyanyi di atas mimbar dalam perarakan lilin di Lourdes, Perancis.
Menyongsong 10 tahun kiprahnya yang akan diperingati pada 26 November 2018 nanti, pimpinan baru Mia Patria Bernardinus (Dinus), yang adalah putra sulung almarhum Putut berharap agar anggota Mia Patria selalu memelihara semangat dan kekompakannya, sehingga tetap bisa eksis dalam banyak pelayanan baik di dalam maupun di luar Gereja.
Dalam sebuah kesempatan ketika mengenang ulang tahun alm.Putut ke-54 yang jatuh pada tanggal 23 September, sesaat sebelum pentas di Pestalozzi Halle, Edingen, Jerman, Dinus mengatakan bahwa kepergian Putut yang dia umpamakan sebagai hilangnya salah satu anggota sebuah tubuh, memang akan sangat mempengaruhi kinerja dari tubuh yang ditinggalkan.
Tak bisa dipungkiri, kita pasti merasa sangat sedih, kehilangan dan juga khawatir, namun demikian adalah tanggung-jawab dari setiap anggota tubuh yang lain untuk mengambil alih atau mendukung fungsi anggota yang hilang, sehingga tetap bisa beraktifitas dengan optimal. Memang sangat berat, namun dengan keyakinan dan semangat serta ketulusan hati berserah pada Tuhan, niscaya semua akan dapat teratasi dan berjalan dengan baik.
Kini lawatan telah berakhir, namun bukan berarti pelayanan ini purna. Masih banyak ladang yang belum tergarap, masih banyak berkat yang belum tertangkap.
Menjadi anggota Mia Patria bukan sekedar karena ingin ikut trip, tapi harus dibarengi dengan tindakan nyata pelayanan tanpa pamrih. Semoga berkat yang diterima mampu tersalur kepada orang-orang yang membutuhkan dan haus akan kabar gembira dan kasih Tuhan melalui lagu, tari, dan musik.
Fortunata Iin Hadiyanti (Mia Patria)